HIJRAH



HIJRAH






Kisah Hijrahnya Rasulullah Kisah ini dimulai ketika para sahabat memulai perjalanan untuk berhijrah ke Madinah. Para kaum Quraisy merasa khawatir atas kejadian itu. Mereka khawatir jika Rasulullah SAW membangun peradaban Islam disana, itu akan berpengaruh pada ekonomi di Makkah. Karena Madinah merupakan jalur lalu lintas perdagangan dari Makkah ke Syam. Kaum Quraisy juga khawatir, Rasulullah SAW akan membangun kekuatan di Madinah dan akan menyerang Makkah. Oleh karena itu, kaum Quraisy mengadakan suatu sidang istimewa untuk membahas tentang kekhawatiran mereka itu. Dari sidang istimewa itu didapatkan kesimpulan untuk melakukan hal yang keji terhadap Rasulullah SAW. Kesimpulan tersebut merupakan buah pemikiran dari Abu Jahal bin Hisyam. Abu Jahal memiliki ide untuk mengumpulkan pemuda yang gagah dan bernasab baik dari seluruh kabilah. Kemudian, seluruh pemuda tersebut membunuh Rasulullah SAW secara bersama-sama, sehingga tidak bisa ditetapkan hukum kepada seluruh kabilah. Itulah ide keji yang akan dilakukan oleh kaum Quraisy kepada Rasulullah SAW, untuk menghentikan perkembangan Islam di tanah Arab.

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya dan upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya” (QS Al-Anfal : 30)

Setelah diputuskannya hal keji yang akan dilakukan kaum Quraisy terhadap Rasulullah SAW tersebut, turunlah Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW tentang persekongkolan kaum Quraisy, dan perintah Allah kepada Beliau untuk berhijrah. Kemudian Rasulullah SAW mendatangi kediaman Abu Bakar untuk membahas tentang hijrah yang akan dilakukan oleh Rasulullah SAW pada tengah hari. Memilih waktu tengah hari untuk mendatangi kediaman Abu Bakar tersebut merupakan hal yang tidak biasa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, untuk mengecoh kaum Quraisy. Setelah selesai membahas tentang hijrahnya dengan Abu Bakar, beliau kembali ke kediamannya untuk menunggu malam hari.

Tatkala malam telah gelap, kaum Quraisy memulai rencananya untuk membunuh Rasulullah SAW. Namun, sebelumnya Rasulullah SAW telah mendapatkan petunjuk dari Allah untuk tidak berbaring di tempat tidur biasanya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW meminta sahabat Ali bin Abi Thalib untuk berbaring menggantikan beliau di tempat biasa Rasulullah SAW berbaring. Rasulullah SAW bersabda :

“Tidurlah di tempat tidurku, berselimutlah dengan burdah hijau yang berasal dari Hadhramaut, milikku ini. Gunakanlah untuk tidurmu, niscaya tidak akan ada sesuatu pun dari perbuatan mereka yangtidak engkau suka akan menimpamu”

Kaum Quraisy menunggu Rasulullah SAW keluar dari rumahnya pada waktu tengah malam. Karena kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah keluar dari rumahnya menuju Masjidil Haram untuk melakukan sholat, pada waktu tengah atau 2/3 malam. Karena, mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah SAW, beliau dapat melewati kaum Quraisy yang menunggu untuk membunuhnya, tanpa diketahui. Pada malam itulah hijrah Rasulullah SAW ke Madinah dimulai.

Kemudian, Rasulullah SAW mengetahui bahwa kaum Quraisy akan berusaha keras mengejarnya untuk hijrah menuju ke Madinah. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memutuskan untuk melewati jalur selatan Makkah. Padahal, letak kota Madinah adalah di sebelah utara kota Makkah. Tentu saja, perjalanan yang akan ditempuh oleh Rasulullah SAW akan lebih jauh dibandingkan jika melewati jalur utara. Padahal, jarak antara Makkah dan Madinah adalah sekitar 490 km.

Dalam perjalanan beliau menuju Madinah, Rasulullah SAW dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsur selama 3 hari. Kemudian, untuk memantau apa yang terjadi dan apa yang dilakukan kaum Quraisy di Makkah setelah Rasulullah SAW tinggal berhijrah, beliau mengutus Abdullah bin Abu Bakar, untuk menyampaikan segala informasinya ke Gua Tsur. Selain, itu, Rasulullah SAW juga Asma’ binti Abu Bakar untuk mengantarkan konsumsi untuk beliau dan Abu Bakar selama tinggal di Gua Tsur. Beliau mengutus seorang wanita, yaitu putri Abu Bakar untuk melaksanakan tugas tersebut. Dan betapa mulianya Asma’. Ketika Asma’ mengemban tugas tersebut, beliau sedang mengandung selama 7 bulan. Disamping karena Rasulullah SAW sangat percaya kepada keluarga Abu Bakar untuk menjaga rahasia ini, Rasulullah SAW juga tidak ingin ada kaum Quraisy yang curiga. Secara logika, memang tidak bisa dibayangkan ketika ada seorang wanita yang sedang hamil 7 bulan mengantarkan makanan ke Gua Tsur. Untuk menghapuskan jejak yang Asma’ tinggalkan ketika mengantarkan makanan ke Gua Tsur, Rasulullah SAW juga mengutus Abdullah ibn Fuhairah untuk menggembalakan kambing-kambingnya setiap hari mengikuti jejak tersebut.

Begitulah cara Rasulullah SAW berikhtiar dalam berhijrah, memenuhi perintah Allah SWT. Beliau berusaha sekuat tenaga untuk dapat melaksanakan perintah-Nya dengan baik. Tercatat, ada 9 strategi yang Rasulullah untuk menjamin keberhasilan dari hijrah yang beliau lakukan. Betapa sempurna dan luarbiasanya perencanaan yang telah beliau lakukan tersebut. Dengan perencaan yang telah Rasulullah SAW tersebut, adakah kaum Quraisy yang bisa menjangkaunya?

Ya, ternyata kaum Quraisy masih bisa menjangkaunya. Kaum Quraisy dengan semangat menyebar dan mencari ke setiap lembah, lereng perbukitan, dataran tinggi, dan ada beberapa kaum Quraisy yang sampai di depan mulut Gua Tsur. Masya Allah, dengan perencanaan yang sempurna dan luar biasa tersebut, masih bisa kaum Quraisy menjangkaunya. Jika Allah SWT menghendaki demikian, tidak ada yang bisa mencegahnya.

Pada saat itu, Abu Bakar berkata,”Wahai Rasulullah! Andai kata salah seorang dari mereka menoleh ke bawah, pasti dia dapat melihat kita.”

Masya Allah. Betapa dekatnya kaum Quraisy terhadap Rasulullah SAW. Jika memang pada saat itu ada kaum Quraisy yang menengok ke bawah, mereka akan mengetahui keberadaan Rasulullah. Mungkin, jika itu terjadi, Rasulullah akan dibunuh oleh mereka, dan perkembangan Islam akan berhenti pada saat itu. Mungkin, jika itu terjadi, kita tidak bisa merasakan indahnya Islam yang kita rasakan saat ini.

Pada saat yang begitu mencekam tersebut, Rasulullah bersabda,”Diamlah, wahai Abu Bakar! Kita (memang) berdua tapi Allah-lah pihak ketiganya. Apa yang kau kira (akan terjadi) sedangkan Yang ketiganya adalah Allah SWT?”

Itulah ungkapan dari Rasulullah SAW yang merupakan bentuk tawakal dari segala ikhtiar yang telah Rasulullah SAW lakukan. Rasulullah SAW telah berusaha sekuat tenaga, menyusun banyak strategi agar hijrah yang beliau lakukan dapat berjalan dengan baik. Rasulullah telah melaksanakan seluruh strategi tersebut. Dan yang selanjutnya dilakukan Rasulullah SAW adalah tawakal. Rasulullah SAW menyerahkan hasil terhadap usaha yang telah beliau lakukan, hanya kepada-Nya.

Allah SWT memberikan kondisi dimana kaum Quraisy nyaris saja menemukan Rasulullah SAW dan Abu Bakar adalah suatu bentuk ujian terhadap Rasulullah tentang seberapa tawakal beliau terhadap-Nya. Apakah beliau kemudian putus asa, ataukah tetap teguh. Dan Insya Allah, peristiwa ini dapat dijadikan pelajaran bagi kita, bahwa kita harus senantiasa bertawakal kepada-Nya atas segala ikhtiar yang kita lakukan untuk meraih suatu tujuan. Mungkin, ikhtiar yang kita lakukan dalam meraih suatu tujuan tidak sesempurna yang Rasulullah SAW lakukan. Tentunya, akan sering terdapat masalah yang muncul dalam pelaksanaannya. Kemudian, bagaimana kita memandang masalah-masalah yang muncul tersebut. Apakah masalah-masalah tersebut membuat kita menyerah, ataukah masalah-masalah itu semakin mengingatkan kita untuk lebih tawakal kepada-Nya dan lebih berikhtiar untuk mendapatkan hal yang lebih baik.

Wallaahu A’lam bis Shawwab.

Tekanan Perang Badar

Betapa dahsyatnya tekanan pada hari itu. Fisik dan batin. Sengat matahari dan debu yang beterbangan, belum lagi mereka sedang menjalankan ibadah shaum. Takkan ada seteguk air jika lelah mengeringkan kerongkongan mereka.

Betapa meningkat tekanan pada hari itu. Fisik dan batin. Jumlah pasukan yang menanti di sana hampir tiga kali jumlah mereka.

Tekanan Perang Badar

Tak bisa dipungkiri tekanan fisik dan batin kala itu. Hingga berkali-kali Rasulullah memanjatkan kepada Allah sebuah doa :

“Ya Allah, inilah kaum Quraisy yang datang dengan segala kecongakan dan  kesombongannya untuk memerangi engkau dan mendustakan Rasul-Mu, Ya Allah, tunaikanlah janji kemenangan yang telah Engkau berikan kepadaku. Ya Allah, kalahkan mereka esok hari..”

Tangan Rasulullah menengadah ke langit, khusyu’ di panjatkannya doa itu. Terasa sekali atmosfer tekanan saat itu. Hingga Abu Bakar menenangkan Rasulullah dengan berkata: “Ya Rasul Allah, demi diriku yang berada di tangan-Nya, bergembiralah. Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan kepadamu.”

Perang Badar merupakan nama perang yang paling familiar di telinga muslim Indonesia. Namun, hanya sedikit orang yang tahu detail peristiwa ini, mengapa dan bagaimana perang ini berlangsung.

Awalnya 314 orang sahabat Rasulullah dan 70 ekor unta yang dibawa, dimaksudkan untuk mencegat dan merampas kafilah dagangan kaum Quraisy dari syam yang dibawahi pimpinan Abu Sofyan bin Harb. Hal ini dilakukan dengan dalih sebagai ganti atas kekayaan kaum Muslim yang dirampas oleh sebagian kaum Musyrikin di Makkah. Namun, rencana ini tercium oleh Abu Sofyan hingga ia meminta pasukan bantuan dari kaum Quraisy.

Meski akhirnya kafilah dagang Abu Sofyan berhasil lolos, pasukan bantuan kaum Quraish tidak lantas pulang. Bahkan pemimpin pasukan itu, Abu Jahal berucap:

“Demi Allah, kami tidak akan pulang sebelum tiba di Badr. Di sana kami akan tinggal selama tiga hari, memotong ternak, makan beramai-ramai dan minum arak sambil menyaksikan perempuan-perempuan menyanyikan lagu-lagu hiburan. Biarlah seluruh orang Arab mendengar tentang perjalanan kita semua dan biarlah mereka tetap gentar.”

Setelah musyawarah dengan sahabat-sahabatnya, akhirnya Rasulullah memutuskan untuk maju berperang, meski jumlah mereka saat itu hanya sepertiga dari pasukan lawan. Jumat pagi di tahun kedua Hijrah, berlangsunglah perang Badar. “Hancurlah wajah-wajah mereka” ucap Rasulullah sembari melemparkan segenggam kerikil sebagai permulaan dari pertempuran.

Seperti yang kita ketahui, pertempuran yang tidak seimbang dari segi jumlah ini akhirnya dimenangkan Kaum Muslim. Allah telah memenuhi janjiNya, Ia mengirim bala bantuan Malaikat hingga kemenangan besar bisa diraih. Tujuh puluh orang Kaum Musyrik terbunuh dan jumlah yang sama tertawan. Sedangkan dari pihak Muslimin yang syahid berjumlah 14 orang.

Perang Badar, merupakan perang pertama yang dihadapi Kaum Muslimin. Perang, yang memberi tekanan fisik dan batin yang begitu kuat. Hingga Rasulullah pun seolah meragukan janji-Nya, seperti paparan Salim A. Fillah dalam tulisannya :

“Ya Allah”, lirihnya dengan mata kaca, “Jika Kau biarkan pasukan ini binasa, Kau takkan disembah lagi di bumi! Ya Allah, kecuali jika Kau memang menghendaki untuk tak lagi disembah di bumi!” Gemetar bahu itu oleh isaknya, dan selendang di pundaknya pun luruh seiring gigil yang menyesakkan.

Tapi getar yang seolah ragu merupakan sisi manusiawi yang seringkali juga kita rasakan. Saat tekanan bertubi-tubi menghimpit, dan keraguan akan janjiNya menyisip di jiwa, doba ingatlah kisah perang Badar ini. Betapa hal yang diluar logika bisa saja terjadi jika Allah berkehendak. Satu banding tiga perbandingan jumlah mereka, pun mereka sedang menjalankan ibadah puasa. Namun Allah selalu punya rencana yang tak terduga-duga. Dan segalanya akan indah pada waktunya, hikmah akan tersingkap di akhir kisah.

iman adalah mata yang terbuka,
mendahului datangnya cahaya
tapi jika terlalu silau, pejamkan saja
lalu rasakan hangatnya keajaiban

(Salim A. Fillah)

Wallahu’alam.

Sirah Nabawiyah
Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy


http://matasalman.com/tekanan-perang-badar/



SKI TASK ARCHIVIES



0 Comments:

Post a Comment