Wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan
dunia, mengalahkan tumpukan Emas, intan dan permata serta perhiasan dunia
apapun. hanya wanita shalihlah yang mampu melahirkan generasi rabbani
yang selalu siap memikul risalah Islamiyah menuju puncak kejayaan
Shalihah atau tidaknya seorang wanita
bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut
berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga
bagi remaja putri. mulialah wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi
cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia
wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita
shalihah digambarkan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dalam
sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah
wanita shalihah”.(HR.Muslim).
Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt.
memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu
menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up-
nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah.
Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.
Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas
kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil,
suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan.
Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan
untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa
kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).
Seperti indahnya pelangi yang menghiasi sore
hari, begitulah mungkin perumpamaan wanita sebagai penghias dunia ini.
Dan bahkan lebih penting dan berarti lagi dari hanya sekedar perhiasan.
Kita mungkin tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya dunia ini tanpa
adanya wanita..?
Sungguh tak terbayangkan bagaimana indahnya
hidup bersama istri shalihah. Istri yang sejuk dipandang mata,
menentramkan hati dan jiwa. Istri yang pandai membahagiakan hati
suaminya. Ia tahu apa yang harus ia lakukan sebagai seorang istri
terhadap suaminya, sebagai seorang ibu terhadap anak-anaknya, sebagaimana
ia dahulu menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. Kata-katanya
santun penuh hikmah. Jika ia senang, tampak dari raut wajahnya yang
berseri-seri bak bidadari. Jika marah, ia berusaha menahannya agar tidak
diketahui suaminya. Ia selalu meminta maaf meskipun bukan ia yang
bersalah. Dan ia selalu memaafkan kesalahan orang lain sebelum mereka
memintanya. Itulah ciri wanita shalihah.
Wanita shalihah pandai menjaga lisan, mata dan
hatinya. Ia tidak berbicara kecuali yang bermanfaat, tidak melihat
kecuali yang halal untuk dilihat, dan tidak pernah menyimpan rasa benci
ataupun dendam kepada siapapun. Hatinya luas bak samudera. Jiwanya lembut
laksana sutera, namun sikapnya tegas seperti ksatria.
Sungguh tak berlebihan ketika Rasulullah
Shalallahualaihi wassalam menyebut wanita shalihah sebagai perhiasan
terindah yang ada di dunia. Ya, bahkan ia lebih dari itu. Wanita shalihah
adalah tulang punggung bangkitnya generasi baru Islam yang akan memimpin
dunia. Berapa banyak para ulama dan mujahid yang terlahir dari rahim
seorang wanita shalihah. Tanpa belaian dan kasih sayang wanita shalihah,
sangat sulit dibayangkan mereka semua bisa menjadi seperti itu.
Sungguh mengagumkan kehidupan yang dilalui
wanita shalihah. Ketika masih kecil, ia menjadi anak yang berbakti kepada
orang tua. Ketika beranjak dewasa ia menjadi remaja yang pandai menjaga
kehormatan dirinya. Ia tidak terbawa arus pergaulan yang dapat merusak
akhlaknya. Ketika menikah ia menjadi istri yang tulus dan setia dengan
suaminya. Ia tidak pernah mengkhianatimya, baik ketika pergi maupun
berada di dalam rumahnya. Setelah dikaruniai anak, ia menjadi seorang ibu
yang bijaksana dalam mendidik anak-anaknya. Ia paham bagaimana harus
bersikap semestinya. Ia juga mengerti bagaimana menjaga hak dan
kewajibannya, baik terhadap Tuhannya maupun sesama manusia.
Namun meskipun demikian, ia tetaplah manusia.
Kadangkala benar, kadang pula salah. Ia juga masih memiliki hati nurani
dan air mata, sehingga tak jarang hatinya menangis karena terluka. Ia
juga membutuhkan seseorang yang sanggup membimbingnya menuju jalan-Nya.
Ia juga ingin berbagi cerita tentang kisah hidupnya, baik dalam mengurus
anak maupun mengelola keuangan rumah tangga. Ia juga butuh teman yang
selalu berada di sisinya dan mengusap air mata di pipinya di kala ia
bersedih.
Sungguh wanita shalihah adalah manusia luar
biasa yang pernah ada di dunia. Tak heran jika Rasulullah Shalallahu
alaihi wassalam bersabda, “Surga berada di bawah telapak kaki ibu”. Dalam
hadits lain ketika ditanya tentang orang yang berhak dilayani beliau
bersabda, “Ibumu”, beliau mengulainya sebanyak tiga kali, baru setelah
itu beliau melanjutkan, “Ayahmu”. Bahkan dalam Al-Quran, Allah mengabadikan
keagungan wanita dengan sebuah surat bernama An-Nisa (wanita-wanita). Tak
hanya itu, bahkan nama salah seorang wanita shalihah pun diabadikan
menjadi nama surat, Maryam. Allahu Akbar, Walillahil Hamd. Itulah balasan
bagi wanita shalihah.
Dua orang gadis, putri Nabi Syuaib yang
berjalan malu-malu adalah contoh wanita shalihah di zaman Nabi Musa.
Sebelumnya, Asiah, istri Fir’aun yang telah mengasuh Nabi Musa sewaktu
kecil pernah menyembunyikan keimanannya. Begitu juga Ratu Balqis ketika
memilih beriman dan akhirnya menjadi istri Nabi Sulaiman. Zulaikha yang
semula menggoda dan memfitnah Nabi Yusuf pun akhirnya mengakui
kesalahannya dan bertaubat kepada Robbnya. Istri Imran yang pernah berdoa
dan akhirnya dikabulkan doanya sehingga lahirlah Maryam, ibunda Nabi Isa.
Istri Nabi Zakariya yang semula disangka mandul, namun ternyata
ditakdirkan melahirkan Nabi Yahya. Istri Nabi Ibrahim yang melahirkan
Nabi Ismail di usia tua. Semuanya adalah contoh wanita-wanita shalihah
yang kisahnya diabadikan dalam Al-Quran. Subhanallah.
Belum lagi Khadijah, Aisyah, Fathimah, Ummu
Sulaim, Khansa dan wanita-wanita shalihah lainnya pada zaman Nabi
Shalallahu alaihi wassalam.
Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri
Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya.
Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan
anak-anak.
Khadijah, figur istri shalihah penentram
batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di
jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi
membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan
Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau
Khadijah sendiri sudah meninggal.
Mungkin dunia ini takkan berwarna tanpa
hadirnya wanita. Bahkan kenikmatan surga terasa tak lengkap tanpa
ditemani wanita. Jika tidak, mengapa Nabi Adam harus ditemani oleh Siti
Hawa? Memang wanita bukan segalanya, namun hampir seluruh manusia telahir
dari rahim seorang wanita. Maka beruntunglah bagi wanita shalihah. Wanita
yang mengerti kemuliaan dirinya.
Salah satu indikasinya bahwa ia imannya kuat
adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala
tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat
sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar
bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin
kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.
Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita
yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari
aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan
dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat
bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan
bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.
Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya,
wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin
bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan
merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga
make upapa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan,
kalaupun ia “polos” tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan
tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.
Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka
belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil
ilmunya dari mereka.
Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab
keturunan. Seorang anak yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi
gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit
membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului
sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun
dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang
tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak
wanita bisa sukses., Namun tidak semua bisa shalihah.
Shalihah atau tidaknya seorang wanita
bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut
berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga
bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga
sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan
mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas
ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “Jika kita
ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman
disekelilingnya. ”
Peran wanita shalihah sangat besar dalam
keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang
pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita
shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak
kesuksesan yang akan diraih.
Beruntunglah bagi setiap lelaki yang memiliki
istri shalehah, sebab ia bisa membantu memelihara akidah dan ibadah
suaminya. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa diberi istri yang shalehah,
sesungguhnya ia telah diberi pertolongan (untuk) meraih separuh agamanya.
Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara separuh
lainnya.” (HR Thabrani dan Hakim).
Wanita Shalehah adalah ibu dari manusia tulang
punggung bangkitnya generasi baru Islam yang akan memimpin dunia. Berapa
banyak para ulama dan mujahid yang terlahir dari rahim seorang wanita
shalihah. Tanpa belaian dan kasih sayang wanita shalihah, sangat sulit
dibayangkan mereka semua bisa menjadi seperti itu.
Sungguh mengagumkan kehidupan yang dilalui
wanita shalihah. Ketika masih kecil, ia menjadi anak yang berbakti kepada
orang tua. Ketika beranjak dewasa ia menjadi remaja yang pandai menjaga
kehormatan dirinya. Ia tidak terbawa arus pergaulan yang dapat merusak
akhlaknya. Ketika menikah ia menjadi istri yang tulus dan setia dengan
suaminya. Ia tidak pernah mengkhianatimya, baik ketika pergi maupun
berada di dalam rumahnya. Setelah dikaruniai anak, ia menjadi seorang ibu
yang bijaksana dalam mendidik anak-anaknya. Ia paham bagaimana harus
bersikap semestinya. Ia juga mengerti bagaimana menjaga hak dan
kewajibannya, baik terhadap Tuhannya maupun sesama manusia.
Namun meskipun demikian, ia tetaplah manusia.
Kadangkala benar, kadang pula salah. Ia juga masih memiliki hati nurani
dan air mata, sehingga tak jarang hatinya menangis karena terluka. Ia
juga membutuhkan seseorang yang sanggup membimbingnya menuju jalan-Nya.
Ia juga ingin berbagi cerita tentang kisah hidupnya, baik dalam mengurus
anak maupun mengelola keuangan rumah tangga. Ia juga butuh teman yang
selalu berada di sisinya dan mengusap air mata di pipinya di kala ia
bersedih.
Sungguh wanita shalihah adalah manusia luar
biasa yang pernah ada di dunia. Tak heran jika Rasulullah Shalallahu
alaihi wassalam bersabda, “Surga berada di bawah telapak kaki ibu”. Dalam
hadits lain ketika ditanya tentang orang yang berhak dilayani beliau
bersabda, “Ibumu”, beliau mengulainya sebanyak tiga kali, baru setelah
itu beliau melanjutkan, “Ayahmu”. Bahkan dalam Al-Quran, Allah
mengabadikan keagungan wanita dengan sebuah surat bernama An-Nisa
(wanita-wanita). Tak hanya itu, bahkan nama salah seorang wanita shalihah
pun diabadikan menjadi nama surat, Maryam. Allahu Akbar, Walillahil Hamd.
Itulah balasan bagi wanita shalihah.
Dua orang gadis, putri Nabi Syuaib yang
berjalan malu-malu adalah contoh wanita shalihah di zaman Nabi Musa.
Sebelumnya, Asiah, istri Fir’aun yang telah mengasuh Nabi Musa sewaktu
kecil pernah menyembunyikan keimanannya. Begitu juga Ratu Balqis ketika
memilih beriman dan akhirnya menjadi istri Nabi Sulaiman. Zulaikha yang
semula menggoda dan memfitnah Nabi Yusuf pun akhirnya mengakui
kesalahannya dan bertaubat kepada Robbnya. Istri Imran yang pernah berdoa
dan akhirnya dikabulkan doanya sehingga lahirlah Maryam, ibunda Nabi Isa.
Istri Nabi Zakariya yang semula disangka mandul, naun ternyata
ditakdirkan melahirkan Nabi Yahya. Istri Nabi Ibrahim yang melahirkan
Nabi Ismail di usia tua. Semuanya adalah contoh wanita-wanita shalihah
yang kisahnya diabadikan dalam Al-Quran. Subhanallah.
Belum lagi Khadijah, Aisyah, Fathimah, Ummu
Sulaim, Khansa dan wanita-wanita shalihah lainnya pada zaman Nabi
Shalallahu alaihi wassalam.
Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri
Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya.
Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan
anak-anak.
Khadijah, figur istri shalihah penentram
batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di
jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi
membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan
Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau
Khadijah sendiri sudah meninggal.
Mungkin dunia ini takkan berwarna tanpa
hadirnya wanita. Bahkan kenikmatan surga terasa tak lengkap tanpa
ditemani wanita. Jika tidak, mengapa Nabi Adam harus ditemani oleh Siti
Hawa? Memang wanita bukan segalanya, namun hampir seluruh manusia telahir
dari rahim seorang wanita. Maka beruntunglah bagi wanita shalihah. Wanita
yang mengerti kemuliaan dirinya.
Salah satu indikasinya bahwa ia imannya kuat
adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala
tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat
sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar
bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin
kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.
Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita
yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari
aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan
dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat
bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa
jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.
Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya,
wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin
bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan
merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga
make upapa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan,
kalaupun ia “polos” tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan
tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.
Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka
belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil
ilmunya dari mereka.
Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab
keturunan. Seorang anak yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi
gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit
membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului
sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun
dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang
tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak
wanita bisa sukses., Namun tidak semua bisa shalihah.
Shalihah atau tidaknya seorang wanita
bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut
berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga
bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga
sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan
mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas
ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “Jika kita
ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman
disekelilingnya. ”
Peran wanita shalihah sangat besar dalam
keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang
pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita
shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak
kesuksesan yang akan diraih.
Beruntunglah bagi setiap lelaki yang memiliki
istri shalehah, sebab ia bisa membantu memelihara akidah dan ibadah
suaminya. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa diberi istri yang shalehah,
sesungguhnya ia telah diberi pertolongan (untuk) meraih separuh agamanya.
Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara separuh
lainnya.” (HR Thabrani dan Hakim).
Akhlaq bagi seorang Istri dari kalangan kaum
muslimin yang mencari kemulian sejati. Seorang isteri idaman harus
memahami arti pentingnya aqidah islamiyah yang shahihah, karena sah
tidaknya suatu amal tergantung kepada benar dan tidaknya aqidah
seseorang. Isteri idaman adalah sosok yang selalu bersemangat dalam
menuntut ilmu agama sehingga dia dapat mengetahui ilmu-ilmu syar’i baik
yang berhubungan dengan aqidah, akhlak maupun dalam hal muamalah
sebagaimana semangatnya para shahabiyah dalam menuntut ilmu agama Islam,
mereka bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk
menghilangkan kebodohan mereka dan beribadah kepada Allah di atas cahaya
ilmu.
Sebagaimana riwayat dibawah ini:
Dari Abu Said Al Khudri dia berkata: Pernah
suatu kali para wanita berkata kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa
sallam: “Kaum laki-laki telah mengalahkan kami, maka jadikanlah satu hari
untuk kami, Nabi pun menjanjikan satu hari dapat bertemu dengan mereka,
kemudian Nabi memberi nasehat dan perintah kepada mereka. Salah satu
ucapan beliau kepada mereka adalah: “Tidaklah seorang wanita di antara
kalian yang ditinggal mati tiga anaknya, kecuali mereka sebagai
penghalang baginya dari api nereka. Seorang wanita bertanya: “Bagaimana
kalau hanya dua?” Beliau menjawab: “Juga dua.” (HR. Al-Bukhari No 1010)
Seorang isteri yang aqidahnya benar akan
tercermin dalam tingkah lakunya misalnya:
Dia hanya bersahabat dengan wanita yang baik. Selalu
bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Rabbnya. Bisa menjadi contoh
bagi wanita lainnya.
Akhlak Isteri Idaman.
Berusaha berpegang teguh kepada akhlak-akhlak
Islami yaitu: Ceria, pemalu, sabar, lembut tutur katanya dan selalu
jujur. Tidak banyak bicara, tidak suka merusak wanita lain, tidak suka
ghibah (menggunjing) dan namimah (adu domba).
Selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik
dengan isteri suaminya yang lain (madunya) jika suaminya mempunyai isteri
lebih dari satu.
Tidak menceritakan rahasia rumah tangga,
diantaranya adalah hubungan suami isteri ataupun percekcokan dalam rumah
tangga. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya di antara orang yang terburuk kedudukan-nya disisi Allah
pada hari kiamat yaitu laki-laki yang mencumbui isterinya dan isteri
mencumbui suaminya kemudian ia sebar luaskan rahasianya.” (HR. Muslim
4/157)
Isteri idaman di rumah suaminya
Membantu suaminya dalam kebaikan. Merupakan
kebaikan bagi seorang isteri bila mampu mendorong suaminya untuk berbuat
baik, misalnya mendo-rong suaminya agar selalu ihsan dan berbakti kepada
kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya: “Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya
dengan susah payah.” (Al Ahqaf 15)
Membantunya dalam menjalin hubungan baik dengan saudara-saudaranya.
Membantunya dalam ketaatan.
Berdedikasi (semangat hidup) yang tinggi.
Ekonomis dan pandai mengatur rumah tangga.
Bagus didalam mendidik anak.
Penampilan:
Di dalam rumah, seorang isteri yang shalehah
harus selalu memperhatikan penampilannya di rumah suaminya lebih-lebih
jika suaminya berada di sisinya maka Islam sangat menganjurkan untuk
berhias dengan hal-hal yang mubah sehingga menyenangkan hati suaminya.
Jika keluar rumah, seorang isteri yang
sholehah harus memperhati-kan hal-hal berikut: Harus minta izin suami,
Harus menutup aurat dan tidak menampakkan perhiasannya, Tidak memakai
wangi-wangian, Tidak banyak keluar kecuali untuk tujuan syar’i atau
keperluan yang sangat mendesak.
Sang Bidadari
Mereka sangat cangat cantik, memiliki
suara-suara yang indah dan berakhlaq yang mulia. Mereka mengenakan
pakaian yang paling bagus dan siapapun yang membicarakan diri mereka
pasti akan digelitik kerinduan kepada mereka, seakan-akan dia sudah
melihat secara langsung bidadari-bidadari itu. Siapapun ingin bertemu
dengan mereka, ingin bersama mereka dan ingin hidup bersama mereka.
Semuanya itu adalah anugrah dari Alloh
Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan sifat-sifat terindah kepada mereka,
yaitu bidadari-bidadari surga.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati wanita-wanita penghuni surga
sebagai kawa’ib, jama’ dari ka’ib yang artinya gadis-gadis remaja. Yang
memiliki bentuk tubuh yang merupakan bentuk wanita yang paling indah dan pas untuk
gadis-gadis remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai
bidadari-bidadari, karena kulit mereka yang indah dan putih bersih. Aisyah
RadhiAllohu anha pernah berkata: “warna putih adalah separoh keindahan”
Bangsa Arab biasa menyanjung wanita dengan
warna puith. Seorang penyair berkata:
Kulitnya putih bersih gairahnya tiada diragukan
laksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruan
dia menjadi perhatian karena perkataannya lembut
Islam menghalanginya untuk mengucapkan perkataan jahat
Al-’In jama’ dari aina’, artinya wanita yang
matanya lebar, yang berwarna hitam sangat hitam, dan yang berwarna puith
sangat putih, bulu matanya panjang dan hitam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala
mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik, yaitu wanita
yang menghimpun semua pesona lahir dan batin. Ciptaan dan akhlaknya
sempurna, akhlaknya baik dan wajahnya cantk menawan. Alloh Subhanahu wa
Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang suci. Firman
Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya:
”Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci.” (QS:
Al-Baqarah: 25)
Makna dari Firman diatas adalah mereka suci,
tidak pernah haid, tidak buang air kecil dan besar serta tidak kentut.
Mereka tidak diusik dengan urusan-urusan wanita yang menggangu seperti
yang terjadi di dunia. Batin mereka juga suci, tidak cemburu, tidak menyakiti
dan tidak jahat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai
wanita-wanita yang dipingit di dalam rumah. Artinya mereka hanya berhias
dan bersolek untuk suaminya. Bahkan mereka tidak pernah keluar dari rumah suaminya, tidak melayani kecuali
suaminya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai
wanita-wanita yang tidak liar pandangannya. Sifat ini lebih sempurna
lagi. Oleh karena itu bidadari yang seperti ini diperuntukkan bagi para
penghuni dua surga yang tertinggi. Diantara wanita memang ada yang tidak
mau memandang suaminya dengan pandangan yang liar, karena cinta dan
keridhaanyya, dan dia juga tidak mau memamndang kepada laki-laki selain
suaminya, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair: Ku tak mau
pandanganmu liar ke sekitar jika kau ingin cinta kita selalu mekar.
Di samping keadaan mereka yang dipingit di
dalam rumah dan tidak liar pandangannnya, mereka juga merupakan
wanita-wanita gadis, bergairah penuh cinta dan sebaya umurnya. Aisyah
RadhiAllohu anha, pernah bertanya kepad Rasululloh Shallallahu’alaihi
wasallam, yang artinya: “Wahai Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam,
andaikata engkau melewati rerumputan yang pernah dijadikan tempat
menggembala dan rerumputan yang belum pernah dijadikan tempat
menggambala, maka dimanakah engkau menempatkan onta gembalamu?” Beliau menjawab,”Di tempat yang belum
dijadikan tempat gembalaan.” (Ditakhrij Muslim) Dengan kata lain, beliau
tidak pernah menikahi perawan selain dari Aisyah.
Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya
kepada Jabir yang menikahi seorang janda, yang artinya: ”Mengapa tidak
engkau nikahi wanita gadis agar engkau bisa mencandainya dan ia pun
mencandaimu?” (Diriwayatkan Asy-Syaikhany)
Sifat bidadari penghuni surga yang lain adalah
Al-’Urub, jama’ dari al-arub, artinya mencerminkan rupa yang lemah
lembut, sikap yang luwes, perlakuan yang baik terhadap suami dan penuh
cinta. Ucapan, tingkah laku dan gerak-geriknya serba halus.
Al-Bukhary berkata di dalam Shahihnya,
“Al-’Urub, jama’ dari tirbin. Jika dikatakan, Fulan tirbiyyun”, artinya
Fulan berumur sebaya dengan orang yang dimaksudkan. Jadi mereka itu
sebaya umurnya, sama-sama masih muda, tidak terlalu muda dan tidak pula
tua. Usia mereka adalah usia remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala
menyerupakan mereka dengan mutiara yang terpendam, dengan telur yang
terjaga, seperti Yaqut dan Marjan. Mutiara diambil kebeningan,
kecemerlangan dan kehalusan sentuhannya. Putih telor yang tersembunyi
adalah sesuatu yang tidak pernah dipegang oleh tangan manusia, berwarna puith
kekuning-kuningan. Berbeda dengan putih murni yang tidak ada warna kuning
atau merehnya. Yaqut dan Marjan diambil keindahan warnanya dan
kebeningannya.
Semoga para wanita-wanita di dunia ini mampu
memperoleh kedudukan untuk menjadi Bidadari-Bidadari yang lebih mulia
dari Bidadari-Bidadari yang tidak pernah hidup di dunia ini. Wallahu
A’lam
|