PROFESIONALISME KEPALA MADRASH DALAM MENGELOLA
ORGANISASI SEKOLAH DI ERA OTONOMI PENDIDIKAN
oleh firdaus, M.Pd
A. Latar Belakang
Maju mundurnya suatu organisasi sekolah sangat
tergantung kepada mutu lulusannya, dan mutu lulusan sangat tergantung oleh
berjalan atau tidaknya organisasi dalam tingkat sekolah tersebut.
Berjalannya roda organisasi sekolah juga sangat tergantung kepada kemampuan
kepala sekolah, dan kemampuan sekolah akan dapat diukur dari kinerja guru
dalam organisasi sekolah yang dipimpinnya, kemudian kinerja guru akan dapat
dilihat dari lulusannya.
Organisasi sekolah harus mengutamakan mutu dan
perlu melihat peluang pasar artinya bahwa suatu organisasi sekolah harus
dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumennya (pasar). Penyesuaian tersebut
sangat perlu dilakukan, sehingga organisasi tersebut dapat bergerak maju
dengan tetap mengadakan berbagai modifikasi struktur, proses dan perilaku
dalam organisasi-nya. Organisasi sekolah sebagai salah satu bentuk
organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan tentunya harus dapat mengembangkan
organisasi sekolah itu sendiri guna memperoleh kemajuan sesuai dengan
keinginan tidak hanya lingkungan sekolahnya akan tetapi masyarakatnya.
Jadi salah satu tumpuan harapan majunya
organisasi pada tingkat sekolah adalah kepala sekolah, peran kepala di sini
sangat tinggi dimana seorang kepala sekolah dalam menjalankan berbagai
aktivitasnya terutama pada pengelolaan organiasi sekolah yang dipimpinnya,
perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pengelolaaan
sehingga tujuan orgnisasi dapat berjalan sesuai keingginan dan program yang
direncanakan.
Diakui memang bahwa tidak mudah menjadi kepala
sekolah yang mampu menggerakkan organisasi sekolah dengan baik termasuk
kinerja gurunya, banyak hal yang harus dipahami, banyak persoalan yang harus
dituntaskan, dan banyak strategi yang harus dikuasai.
Untuk itulah dalam pembahasan akan diungkapkan
dampak kepemim-pinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dalam suatu oganisasi
sekolah.
B. Pembahasan
1.
|
Kepemimpinan dan Perencanaan Kepala Sekolah
|
|
Dalam melaksanakan misinya, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja guru di
sekolahnya, salah satu bentuknya adalah seorang kepala sekolah harus
menciptakan iklim kerja yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga
sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh stafnya yang meliputi staf
pengajar dan staf administrasi pada lingkungan organisasi sekolah yang
dipimpinnya.
Selain itu kepala sekolah juga dituntut untuk
dapat mendisain model pembelajaran yang menarik dengan cara membuat team
teaching, moving class, dan program-program bentuk lain yang intinya
dapat memacu peningkatan mutu pada sekolah yang sedang dipimpinnya.
Strategi yang perlu dikembangkan dalam
mengembangkan organisasi sekolah adalah dengan melibatkan guru-guru
berkaitan dengan seluruh kegiatan yang ada di sekolah yang dipimpinnya,
termasuk diantaranya adalah pengambilan keputusan, menerima saran dan
pendapat, dan bentuk-bentuk partisipasi guru yang lain. Jadi kepala
sekolah harus mampu memimpin organisasi yang diembannya dan sekaligus
bertindak sebagai manajer, Stoner dalam Wahjosumidjo (1995:97) mengatakan
bahwa ada delapan macam fungsi seorang kepala sekolah yang bertindak
selaku manajer yaitu: 1) bekerja dengan, dan melalui orang lain, 2)
bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan, 3) dengan waktu dan sumber
yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan, 4) berpikir secara
realistik dan konseptual, 5) adalah juru penengah, 6) adalah seorang
politisi, 6) adalah seorang diplomat, dan 8) pengambil keputusan.
Jadi salah satu peran kepala sekolah adalah
dalam menjalankan fungsinya sebagai "efektive`communicator” yaitu
mampu menggabungkan berbagai kepentingan yang ada dalam
sekolahnya, karena itu tidak dapat disangkal
lagi bahwa salah satu fungsi pimpinan yang bersifat hakiki adalah
berkomunikasi secara etektif. Kemudian, berusaha semaksimal mungkin untuk
mendekatkan keinginannya dengan keinginan para guru, siswa, dan masyarakat
baik internal maupun eksternal.
Bila kepala sekolah tidak mampu
mengkomunikasikan ide-idenya kepada bawahannya, maka keterlibatan guru
secara penuh sulit terwujud. Hal ini akan menyebabkan: 1) adanya rasa
tidak memiliki lembaga tempatnya berkiprah, 2) tidak berjalannya
norma-¬norma sosial yang sudah ada dalam lingkungan sekolah maupun
lingkungan masyarakat sekitarnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, kepala
sekolah sedini mungkin berusaha mengajak para guru untuk bekerja dengan
menggunakan pendekatan kemitraan, yaitu mendiskusikan berbagai hal yang
berkaitan dengan peningkatan partisipasi guru. Karena dengan adanya
dukungan sepenuhnya dari para guru, maka roda organisasi sekolah akan
dapat berjalan dengan baik dan atmosfir kerja yang diidam-idamkan dapat dapat
terwujud.
Kepala sekolah beserta para staf kemudian
menetapkan rencana kerja dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun
jangka panjang dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk
mengembangkan organisasi sekolah. Ada beberapa hal yang perlu menjadi
priorits kepala sekolah dalam mengem-bangkan organisasi sekolahnya,
misalnya:
a.
|
Pengembangan khusus
|
|
Tujuan ideal yang ingin
dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berkaitan dengan pengembangan organisasinya
adalah peningkatan kualitas lulusan/tamatan agar dapat diserap oleh
dunia kerja atau paling tidak dapat meneiptakan lapanagan kerja
mandiri.
|
b.
|
Pengembangan tujuan
|
|
Pengembangan tujuan yang ingin
dicapai dari perencanaan pengembangan organisasi sekolah adalahuntuk
menjawab tantangan masa depan bagi organisasi sekolah itu sendiri.
|
c.
|
Pengembangan program
|
|
Hasil perencanaan strategi
kepala sekolah beserta para staf dan masyarakat (stackholder) tersebut menjadi
program perencanaan operasional sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan.
|
Pengembangan dilaksanakan secara gradual dan
periodik sesuai dengan kondisi dan keadaan lapangan. Selanjutnya, agar
program kepemimpinan kepala sekolah dapat berjalan sesuai dengan rencana,
maka diperlukan perencanaan partisipatori yang melibatkan beberapa orang
dalam suatu kegiatan.
Perencanaan partisipatori berarti pula
perencanaan yang melibatkan beberapa orang yang berkepentingan dalam
merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan perencanaan yang hanya dibuat
oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar wewenang kedudukan, seperti
perencana di tingkat pusat, kepala-kepala kantor pendidikan di daerah,
dan para kepala sekolah (Pidarta, 1990 : 33 - 34), Kemudian Pidarta juga
mengemukakan bahwa untuk mengembangkan organisasi sekolah, ada beberapa
langkah yang harus ditempuh, yaitu :
a.
|
Menentukan kebutuhan atas dasar
antisipasi terhadap perubahan lingkungam atau masalah yang muncul. Bila
kebutuhan banyak diadakan prioritas. Misalnya, pengadaan, kebutuhan
akan meubeler merupakan kebutuhan utama yang sangat urgen yang harus
dipenuhi karena akan menambah jumlah siswa yang akan diterima. Pada
pengembangan organisasi menurut kebutuhan dan sarana penunjang yang
ada, diperlukan organisasi yang tangguh guna menelurkan alumnus yang
siap bekerja baik di
institusi maupun seara mandiri.
|
b.
|
Melakukan ramalan, menentukan
program, tujuan dan misi perencanaan, setelah itu, sekolah mengambil
kesimpulan sementara untuk mengadakan pengembangan, maka langkah
berikutnya yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah: 1) menentukan
program, yaitu merencakan kualitas pelayanan yang lebih baik, dengan
cara mengadakan les-les, penambahan materi ajar, menambah referensi
buku bacaan perpustakaan sekolah. Untuk dapat berjalannya program
tersebut maka perlu ilakukan forcasting untuk menentukan jumlah, harga,
dan biaya yang akan ditanggung oleh stake holder dalam rangka pemenuhan
kebutuhan tersebut, serta waktu penggunaannya. 2) menentukan tujuan dan
misi perencanaan.
|
c.
|
Menspesifikasi tujuan. Tujuan
yang perlu dispesifikasi adalah tujuan yang masih bersifat umum dan
belum jelas.
|
d.
|
Membentuk/menentukan standar
performan. Penentuan standar performan dari sarana yang direncanakan
pengadaannya dengan mengikuti standar yang telah ada.
|
e.
|
Menentukan altematif pemecahan.
Setelah diadakan musyawarah dengan orang tua siswa maka masalah-masalah
yang mungkin timbul dari perbedaan pendapat dengan orang tua dapat
teratasi. Kepala sekolah, ketua BP3, atau ketua majelis sekolah harus
cepat tanggap, merekalah yang bertindak sebagai mediator yang
diharapkan mampu mencari titik temu berbagai pendapat yang
berbeda¬-beda tersebut, kemudian menjelaskan keuntungan dan
kerugiannya, memberikan dan menentukan alteratif jalan keluar secara
musyawarah. Setelah dicapai kata sepakat maka altematif pemecahan
masalah yang dipilih adalah orang tua/wali sanggup dan mendukung
pengembangan sekolah dalam berbagai segi.
|
f.
|
Melakukan implementasi dan
menilai hal-hal yang berkembang di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
|
g.
|
Mengadakan reviu setelah
penilaian kembali dilakukan, bila tidak terdapat kesalahan/kekeliruan/salah
tafsir terhadap keputusan, maka pengimplemen-tasian dapat dilakukan.
Tetapi bila diperlukan
perbaikan dan perubahan maka partisipasi terakhir yang diharapkan
adalah mereviu keputusan perencanaan tersebut agar menjadi lebih
sempuma.
Dari langkah kerja yang
dilakukan di atas, menunjukkan bahwa perencanaan partisipatori memiliki
beberapa keuntungan. Antara lain ialah perencanaan itu dnpat
dimantaatkan secara kreatif dan efektif oleh semua pemimpin baik
pemimpin pendidikan maupun pemimpin masyarakat termasuk para tokoh politik.
Di sini tampak sifat menyeluruh atau integritas perencanaan
par-tisipatori, dia tidak hanya melibatkan tokoh-tokoh pendidikan saja
melainkan juga tokoh-tokoh lain yang punya perhatian terhadap pendidikan.
Ini berarti bahwa ide-ide pun tidak terbatas hanya pada ide pendidikan
saja, tetapi ide-ide lain yang dapat dikaitkan dengan pendidikan
(Pidarta, 1990 : 39 - 40).
Demikian prosedur yang dapat
dilakukan dalam rangka usaha mengembankam organisasi sekolah untuk mewujudkan
visi dan misi organisasi sekolah sesuai harapan bersama: harapan kepala
sekolah, harapan
guru, harapan siswa, dan
harapan masyarakat.
|
|
2.
|
Kinerja Guru Dalam Organisasi Sekolah
|
|
Kemampuan mengajar adalah gambaran hakikat
kualitatif dari prilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak
berarti. Kemampuan guru dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar
dan hasil belajar secara efektif selama proses belajar mengajar berlangsung
tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi
kurikulumnya, tapi juga ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengajar.
Menurut Sadiman bahwa mengajar pada dasarnya
merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi
atau sistem lingkumgan yang mendukung dan
memungkinkan berlangsungnya proses belajar. Seorang guru harus mengetahui
apa yang akan dicapai oleh siswa, dengan apa mereka mencapainya dan bagaimana
cara melakukannya. Untuk itu dalam menjalankan tugas guru di tuntut untuk
memiliki kemampuan dasar untuk melaksanakan kegiatan mengajar. Secara
umum tugas guru dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu: (1). Tugas Personal (2).
Tugas Sosial (3). Tugas profesional.
Menurut Liberman mengajar adalah suatu
profesi, sebab mengajar mengandung 8 (Delapan) unsur
profesional , yaitu :
a.
|
Unsur layanan sosial yang uniq,
spesifik dan essensial.
|
b.
|
Aspek kecakapan intlektual yang
ditekankan dalam memberikan layanan.
|
c.
|
Persaratan latihan jangka
panjang bagi setiap anggota kelompok.
|
d.
|
Tanggung jawab yang luas bagi
masing-masing praktisi untuk membuat pertimbangan dan
menampilkan prilaku yang
selaras dengan batas-batas konpentensinya.
|
e.
|
Adanya pengakuan masyarakat
terhadap otonomi yang dimiliki
|
f.
|
Penempatan unsur layanan
sebagai landasan dalam megelola dan memikirkan kualitas kelompok.
|
g.
|
Masing-masing praktisi menjadi
anggota suatu organisasi yang luas, mandiri dan berhak untuk
mengatur dirinya sendiri.
|
h.
|
Mempunyai Kode Etik kelompok
yang diterima secara sadar dan formal oleh setiap anggota,
bahkan sudah teruji lewat
kasus-kasus kongkret.
|
Dalam proses pembelajaran, guru harus dapat
mengaplikasikan suatu strategi pembelajarn yang efektif. Newman dan Logan
dalam Rusyan dkk. Mengemukakan proses penyusunan strategi pembelajaran
sebagai berikut :
a.
|
Menetapkan sfesifukasi dan
kwalifikasi perubahan prilaku peserta didik.
|
b.
|
Memiliki sistem pendekatan
belajar mengajar utama yang dipandang paling efektif guna
mencapai sasaran. Sehingga
dapat digunakan oleh guru sebagai acuan pengembangan.
|
c.
|
Memilih dan menetapkan
prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dipandang paling
efektif dan efisien.
|
d.
|
Menetapkan norma-norma dan
batas minimum keberhsilan atau kreteria atau ukuran baku
keberhasilan dalam melaksanakan
pengukuran dan evaluasi hasil belajar siswa.
|
|
Hasil evaluasi belajar tersebut dapat dijadikan
umpan balik bagi guru dalam menyempurnakan sistem intruksionalnya. Ada 4
(Empat) kelompok variabel pendidikan, yaitu : (1). Variabel Pemuda. (2). Variabel
Kontek. (3). Variabel Proses. (4). Variabel Keluaran.
Sebagai pengajar, guru harus mampu menyampaikan
materi pembelajaran secara efektif agar dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Disamping menguasai materi juga harus mampu mengelola
kelasnya. Agar guru dapat melaksanakan tugas mendidik dan mengajar siswa
dengan baik, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar seperti yang
dikemukakan oleh Mursell dalam Roestiyah (1989) ada 10 (Sepuluh) prinsip
yang harus di perhatikan oleh guru yaitu:
1. Pemusatan perhatian.
2. Cara belajar siswa aktif.
3. Appersepsi.
4. Peragaan.
5. Repetisi.
Setiap guru harus mampu menguasai komptensi
mengajar, yang dimaksud dengan komptensi adalah “ Adequacy for a task or as
possession of riquired knowlages, skills and abelies “ komptensi merupakan
kemampuan yang memadai yang diperlukan untuk melakukan auatu tugas atau
pengawasan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas. Permadi (1999) mengatakan bahwa ada 9 (Sembilan)
kompetensi utama guru, yaitu: 1) Kemampuan merencanakan dan mengelola waktu
yang tersedia untuk pembelajaran lebih efektif, 2) Kemampuan menerima dan
memahami tujuan yang berhubungan dengan proses berpikir dan pemahaman
konsep, 3) Kemampuan memahami dan memberikan pelayanan kepada siswa yang
berbeda termasuk mereka yang sangat pandai dan lemah, 4) Kemampuan
mengorganisir dan mengelola pembelajaran dengan memadukan kegiatan kelas,
kelompok dan individu yang sesuai dengan keperluan siswa, tingkat dan sidat
mata pelajaran, 5) Kemampuan untuk memberikan rangsangan dan lingkungan
yang efektif untuk belajar melalui pegelolaan dan pengaturan kelas yang
baik, 6) Kemampuan menggunakan lingkungan dan pengalaman siswa sebagai
sumber belajar, 7) Kemempuan untuk menggunakan teknik pembelajaran yang dapat
memberikan rangsangan belajar (termasuk teknik bertanya) berdasarkan pada
penggunaan keteramppilan proses dan menuju pendekatan pembelajaran .
Problem centred yang lebih efektif dalam semuamata pelajaran, 8) Kemampuan
untuk menerima dan memberikan umpan balik yang lebih baik
antara guru dan siswa dan jugauntuk merangsang
uman balik diantara siswa sendiri, 9) Kemampuan lebih baik dalam
mengevaluasi hasil belajar melalui penataan/perencanaan yang hati-hati,
pemantauan dan evaluasi keluaran siswa, tidak hanya melalui pekerjaan yang
di hasilkan oleh siswa sehari-hari tapi juga perubahan sikap yang diamati
dari waktu kewaktu.
Perencanaan pengajaran direalisasikan dalam
bentuk satuan pembelajaran. Satuan pembelajaran pada umumnya meliputi; (1)
Tujuan pembelajaran (2) Langkah pra instruksional (3) Langkah instruksional,meliputi
materi,methode, kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar (4) Langkah
evaluasi dan tindak lanju,meliputi teknik evaluasi untuk mengetahui
ketercaaian tujuan pembelajaran,alat evalasi dan program tindak
lanjut.Langkah kedua dalam proses pembelajaran adalah guru melakukan
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah dipersiapkan dalam
sistem pelajaran.
Dari kelima karakteristik ini dalam
pelaksanaannya saling berhubungan satu dengan lain dalam rangka mencapai
efisiensi dan efektifitas dalam pengajaran. Kemampuan merencanakan sistem
pengajaran yang sesuai untuk dapat dilaksanakan dalam kegiatan mengajar,
sedangkan untuk mengetaui keberhasilan dalam pengajaran, guru harus mampu
mengadakan evaluasi. Hal ini seperti yang di katakan Moore, there are also
certain teacher skill that are essential for effective teaching in all
grades and in all curiculum areas. These generic skill can be classefied as
preinstructional, instructional , or post instructional”.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh seorang guru harus direncanakan dengan berbagai modifikasi sesuai
dengan perkembangan yang terjadi dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan
pembelajaran. Sejalan dengan itu menurut “Soedijarto” kemampuan
melaksanakan pengajaran
memerlukan kemampuan menangkap perubahan,
mengambil keputusan secara tepat dan benar, mengambil dan memilih
alternatif pemecahan dengan segera, dan berbagai kemampuan lapangan yang memerlukan
kiat dan kemampuan taktis. Untuk dapat menentukan tecapai tidaknya tujuan
pengajaran, maka perlu dilkukan usaha atau kegiatan mengevaluasi hasil
belajar. “Gronlound” mengartikan evluasi
sebagai “proses yang sistimatis yang berkaitan
dengan sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa”. Pengertan
tersebut menunjukkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang sistimatis untuk
menentukan sampai sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai siswa.
Evaluasi dalam pengajaran berfungsi untuk mengetahui
kemajuan dan perkembangan seta keberhasilan siswa setelah menjalani
kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Dari hasil evaluasi
selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan kedudukan siswa, selain itu
juga dengan evaluasi dapat diketahui keberhasilan program pengajaran, dan
pada tahap berikutnya dapat dijadikan sebagai umpan balik mengenai sesuai
tidaknya ketepatan keputusan-keputusan yang telah diambil oleh guru
mengenai perencanaan dan pelaksanaan pengajaran.
Bila berbagai program dimaksud dapat dilakukan
oleh para guru maka sangat mungkin berpengaruh terhadap keberhasilan para
siswanya, dengan kata lain mutu sekolah tersebut akan terungkit.
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa
kesimpulan:
a.
|
Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan
kinerja guru. Jadi kemajuan organisasi sekolah
sangat ditentukan oleh kemampuan kepala
sekolah dalam mengelola organisasi sekolahnya.
|
b.
|
Untuk melibatkan atau meningkatkan peran guru
secara penuh dalam organiasi sekolah
tempatnya bekerja, diperlukan sebuah strategi
yang ampuh dari kepala sekolah untuk membangun
komitmen para guru maupun pengelola yang ada
dalam organiasi sekolah tersebut.
|
c.
|
Pengelolaan organisasi sekolah oleh kepala
sekolah akan dapat berjalan lancar dengan cara
membuat sistem perencanaan yang bagus, baik
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang,
sehingga siapapun kepala sekolah penerusnya
nanti akan dapat mempedomani program yang sudah ada
tersebut, kalaupun diperlukan sedikit-sedikit
perbaikan pada beberapa sub program dimaksud.
|
d.
|
Peran Kepala Sekolah dalam fungsinya sebagai
pengambil kebijakan di sekolah sangat penting,
untuk itu rektutmen kepala sekolah khususnya
teknik kepemimpinannya harus menjadi prioritas utama.
|
DAFTAR PUSTAKA
Wahjosumidjo (1995). Kepemimpinan Kepala
Sekolah: Tinjauan Teori dan Permasalahannya. Jakarta. PT
Radja Grafindo Persada.
Rostiyah NK. 1989, Masalah - Masalah Ilmu
Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.
Soedijarto. 2002, Rekrulmen. Pendidikan dan
Penempatan Serta Pemhinaan Guru Untuk Menunjany,
Pendidikan Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pidarta. Made. 1983, Suatu Konsep Tentang
Pengembangan Sikap Keguruan Profesional, Jurnal Analisis
Pendidikan Th. I (3). 20 - 24.
Pidarta, Made, 1990. Perencanaan Pendidikan
Partisipatori dengan Pendekatan Sistem. Jakarta, Rineka
Cipta.
Permadi, Dadi, 1999. Kepemimpinan Mandidik
(Professional) Kepala Sekolah. Bandung: PT. Sarana Panca
Karya.
|