Syeikh Zarruq Ulama Sufi yang Cemerlang dari Fes
Namanya Abul Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Isa. Ia
bernasab dengan kabilah Baranis dari Fes, Marokko, yang kemudian dinasabkan
dengan Al-Burnusy. Panggilannya adalah Zarruq, dipanggil demikian karena
kakeknya bermata biru.
Syeikh Zarruq dilahirkan hari Kamis ketika matahari terbit,
28 Muharram tahun 846 H, atau 1442 Masehi. Demikian disebutkan oleh Ummul
Banin, seorang perempuan ahli fiqih yang shalihah, nenek dari Syeikh
Zarruq. Setelah dua hari lahir, ia ditinggal wafat oleh ibundanya, di hari
sabtu, dimana usia ibundanya waktu itu 23 tahun. Setelah itu ganti
ayahandanya wafat, ketika usia jabang bayinya masih 5 hari. Usia
ayahandanya 35 tahun.
Kata Syeikh Zarruq, ayahandanya memberi nama Muhammad, lalu
sepeninggal ayahandanya oleh neneknya digannti dengan Ahmad. Hingga Allah
memadukan dua nama mulia pada dirinya. "Aku memilih nama Ahmad karena
tiga alasan," Syeikh Zarruq:
Pertama, saya senang dengan nama itu, disamping aku
dibesarkan di pangkuan nenekku. Nenek seorang yang penuh kasih sayang,
seorang yang sangat alim dan shalihah.
Kedua, nama itu begitu kuat, tidak berubah, bahkan tetap
dengan nama itu sepanjang tahun.
Ketiga, nama ahmad adalah nama yang dikabargembirakan oleh
Allah kepada Nabi Isa as, dan tidak pernah disebutkan sebelum Nabi dan
Rasul sebelum Nabi kita Muhammad saw.
Masa Kecil
Masa kecil Syeikh Zarruq sebagai yatim piyatu, berada di
pangkuan neneknya, seorang faqih yang shalihah, tumbuh dengan pendidikan
yang sangat bagus, penuh kecerdasan dan perilaku budi luhur. Sejak kecil
ditanamkan iman, dan kesalehan, terutama dalam disiplin sholat. "Nenek
mengajariku sholat, dan memerintahkannya ketika usiaku masih 5 tahun. Sejak
usia lima tahun aku disiplinkan sholatku, dan aku belajar menulis di usia
itu. Nenek juga mengajariku tauhid dan tawakkal, keimanan dan keagamaan
dengan cara yang luar biasa."
Salah satu yang menakjubkan, yang diceritakan beliau,
"Ketika aku masuk di sebuah perpustakaan, seorang faqih menulis surat
Alamnasyroh di telapak tangan kananku, dengan tinta dari madu, lalu aku
menjilatinya. Pada saat itulah aku menjadi anak yang paling bagus
hafalannya…. Bahkan aku tidak tahu, kalau aku tak pernah sekalipun
menghafal wahyu sama sekali, kecuali hanya sehari atau dua hari saja…"
Masa kecilku tidak pernah bermain-main di masjid, dan tidak
pernah aku berlari-lari di dalamnya, kecuali satu hari seumur hidupku.
Lantas saat itu jempolku bengkak, keluar ulat kecil dan bernanah. Aku baru
tahu kemudian, Sunnatullah berjalan, bahwa setiap aku berbuat salah,
langsung diganjar dengan akibatnya seketika. Aku sakit empat kali di Mesir
ini. Setiap kali sakitku sampai empat bulan baru sembuh, dan setiap aku
sakit tidak sembuh kecuali setelah makan buah Zaitun Hitam.."
Ketika usia beliau genap 9 tahun, ia dikirim untuk belajar
konveksi, tiga hari selama seminggu, Kamis, Jum'at dan Senin. Ini
dibelajarkan agar terpadu antara pengetahuan industri dan agama.
Mendalami Agama
Syeikh Zarruq bercerita, "Berada dalam didikan nenekku
yang faqih, Ummul Banin, hingga usiaku 10 tahun. Pada saat yang sama aku
sudah hafal Al-Qur'an, dan aku belajar jahit menjahit. Maka ketika usiaku
16 tahun, aku dikirim untuk mendalami ilmu agama. Aku mengkaji kitab
Ar-Risalah pada dua Syeikh, As-Sitththy dan Abdullah al-Fakhkhar., dengan kajian
yang dalam. Kemudian mendalami soal macam-macam Qira’at pada Al-Qawry,
az-Zarhuny, orang yang sangat saleh. Juga pada Al-Majashy, dan Al-Ustadz
Asy-Saghir mengenai bacaan huruf ala Nafi'.
Kamudian aku dalami pengetahuan Tasawuf dan Tauhid, antara lain
Ar-Risalatul Qudsiyah dan Aqaid ath-Thousy, pada Syeikh Abdurrahman
Al-Majdulisy salah satu murid al-Ubay. Juga sebagian kajian At-Tanwir
(karya Ibnu Athaillah) pen.) pada Al-Qowry, dari beliau pula saya belajar
Al-Bukhary. Kemudian belajar fiqih pada Abdul Haq ash-Shughra, dan Jami
at-Tirmidzy. Tak terhingga guru-guru fiqih maupun tasawufku."
Kelak Syeikh Zarruq dikenal sebagai Mursyid Thariqah
Syadziliyah, dan mensyarahi karya Ibnu Athaillah as-Sakandary, Al-Hikam.
Diantara keunikan Syarah Syeikh Zarruq, ketika beliau mensyarahi Al-Hikam
sampai terulang 17 kali. Setiap kali khatam membuat syarah kitab Al-Hikam
selalu hilang, atau dicuri orang. Dan syarah yang masih utuh hingga
sekarang adalah syarah Al-Hikam yang ke 17.
Setiap satu syarah yang lalu maupun yang kali berikutnya
selalu berbeda. Itulah misteri Kitab Al-Hikam.
Murid-muridnya
Diantara para Ulama besar yang menjadi murid Syeikh Zarruq
antara lain: Syeikh Ahmad al-Manjur, w. 955 h. Syeikh Sams al-Luqqany, w.
935 h. Syeikh Muhammad bin Abdurrahman al-Hatthab, w. 945 h. Syeikh Zein
Thohir Al-Qisthiny, w. 899. Syeikh Abdul Wahab az-Zaqqaq, w.961 h. Abu
Abdullah Muhammad bin Abu Jum'ah al-Hibthy, w. 930 h. Abdurrahman
Al-Qinthary as-Sifyany al-Hibthy, 956 h. Syeikh Abu Abdullah Muhammad bin
Ali Al-Khorruby ath-Tharablusy, w. 963 h. Muhammad Abul Fadhal Kharuf
al-Anshary at-Tunisy w. 966 h, Abul Hasan Al-Bakry, seorang pendiri
Thariqat Al-bakriyah. Dan masih banyak lagi yang tak bisa disebut disini.
Karya-karyanya
Begitu banyak karya Syeikh Zarruq, terutama dalam bidang
Tasawwuf, antara lain:
Syarah Hizib
Bahrnya Asy-Syadzily
Syarah Aqaidul
Ghazaly
Risalah (sebuah
surat panjang yang ditujukan kepada para pengikut Thariqah Zarruqiyah
Syadziliyah)
Kumpulan
ucapan-ucapannya
Syarah Qasidah
Nuniyah
Syarah Hizbul
Kabir
Kitabus Shina'ah
Risalah Fis
Tasawuf
Ushuluth Thariqoh
Nadzmu Fushulis
Saamy
Nadzmu 'Uyubin
Nafs
Qawaidut Tasawwuf
wa Ushulihi
I'anatul Mutawajih
al-Miskin ala Thariqah al-Fath wat-Tamkin
Qashidah Tsaniyah
fil Hats alal 'Uzlah
Adzdzarruy Syariah
fi Ushulit Thariqah
Tambih Dzawil
Himam 'ala Ma'aanil Alfaadzil Hikam
As-Silsilah
az-Zarruqiyah
Kitabul Jami'
Lijumalil Fawaid wal-Manafi'
Al-Mawahibus
Saniyah fi Khowashi Nadhzri Asmail Husna (Ad-Dimyathiyah), Syarah ringkasan
Ad-Dimyathy.
Al-Maqshadul Asmaa
bidzikri Himmaty maa Yataallaqu bijumlatil Asma
Mukhtashar Alal
Muqaddimah Alwaghlisiyah
Khanah Ibnu Yusuf
Syarh Mukaddimah
al-Quthubiyah
At-Thariqah
az-Zaruqiyah
Syarhun Nashihah
Al-Kafiyah liman Khashshau bil 'afiyah
Risalah fil Wa'dzi
Khawashu Asmail
Husna
Ad-Durratul
Bahiyah
Syarah ala Matnir
Risalah
Ta'sis Qawaidul
wal Ushul
Risalah fi Ahwaliz
Zaman
Fathu Maqamil Asma
fi Ba'dh Maa Yataallaqu bil Asma
Syahul Hikamil
Athaiyah
Al-Burdah
asy-Syarifah fil Kalam 'ala Ushulit Thoriqoh
Syarhi Mabahitsil
Ashliyah fi Thoriqoh as-Shufiyah
Ahkamul Hajj
Rusalah Shufiyah
Beliau wafat hari ke 18 bulan Safar tahun 899 h/1493 M, pada
usia 54 tahun, meninggal di Misrathah wilayah Tharablus ibukota Libia, dan
makamnya sangat terkenal disana
|