Peran Hadharim
Masuknya Islam di India dan Asia Tenggara Dalam
berhijrah ke suatu negeri, dakwah adalah sebuah motivasi bagi hadharim
(etnis hadhramaut). Negara-negara yang mereka tuju antara lain Afrika
Timur, Zanjibar, Pantai Gading, Madaghaskar, dan Asia mulai dari India
hingga Indonesia.
Tidak semua hadharim yang berhijrah bertujuan
mengais rejeki. Namun di antara kelompok ‘muhajirin’ itu juga mempunyai
misi dakwah. Penganut tasawwuf banyak melakukan reformasi dalam bidang
sosial kemasyarakatan dan sangat berpengaruh dalam merubah corak sosial
negara yang baru di tempatinya. Sehingga masyarakat pribumi dengan senang
hati memeluk agama Islam dan menyerap ajaran-ajaran Islam.
Mereka merintis suatu kulturisasi peradaban dan
kebudayan pribumi dengan peradaban Islami. Namun dengan tetap mengkokohkan
ajaran Islam. Ini mendalilkan, ajaran Islam selalu sesuai dengan segala
aspek kehidupan, di manapuan dan kapan pun. Hadharim mempunyai tempat yang spesial
di mata pribumi. Banyak dari pribumi yang kemudian mengawinkan
putri-putrinya dengan hadharim. Sebagian ada yang diangkat sebagai pemuka
masyarakat.
Hadharim telah terbukti partisipasinya dalam
mengagungan Islam. Mereka juga mampu memberikan jawaban dan tantangan. Hal
itu bisa dilihat tatkala Andalus sebagai pusat peradaban Islam justru
sedang mengalami kekalahan, hadharim sanggup menyebarkan Islam di beberapa
penjuru dunia dalam masa yang relatif singkat.
Kenyataan ini terukir dalam sejarah. Saat
pertama kali bangsa Eropa (Inggris, Spanyol dan Portugal) mengirimkan
pasukan perang salib dan melebarkan sayap imperialisme ke segala penjuru
dunia Islam, dan daerah–daerah yang sulit dijangkau pemerintahan Usmani
(Ottoman), hadharim bahu-membahu dengan pribumi melakukan perjuangan
perlawanan terhadap imperialisme barat. Meski dengan fasilitas apa adanya.
Bantuan pada pribumi bukan saja dalam sektor ekonomi dan budaya, tapi juga
di bidang politik militer dan siasat perang.
Penganut tasawwuf yang menghindar dari
perpolitikan di Hadramaut, yang merupakan hasil dari pertumpahan darah
antar kabilah yang tak berujung, melibatkan diri dalam perpolitikan negeri
singgahannya. Sekaligus, menyebarkan Islam juga.
Dalam sejarah Afrika, Hadharim ikut serta dalam
perjuangan rakyat melawan penjajah Eropa. Sebelumnya telah terjadi hubungan
baik dalam bidang dagang antara Yaman dan Afrika sejak pra Islam. Lalu
hubungan ini bertambah baik pasca kedatangan Islam. Bahkan seorang hadhrami
pernah menjadi Amir (pemimpin) di sebagian pemerintahan daerah sepanjang
pantai Afrika Timur, dari Somalia sampai ke Mozambik. Ini terjadi sebelum
datangnya Imperialis Barat ke Afrika. Begitu pula keterlibatan mereka dalam
perang melawan kolonial Potugal.
Dalam pemerintaha Omman, mereka juga mempunyai
pengaruh yang kongkrit. Hadharim mempunyai pengaruh besar di Madagascar.
Bani Alawy berhasil memimipin tampuk pemerintahan di Juzurul Qomar
(Comoro).
Kronologi Masuknya Islam ke India dan Asia
Tenggara
Mayoritas sejarawan menguatkan pendapat,
masuknya Islam ke India dan Asia Tenggara sudah dimulai sejak kurun pertama
Hijriyah. Hanya saja, penyebaran Islam tidak bisa langsung seperti
menggebyah uyah ke berbagai daerah dalam satu waktu, Namun Islam masuk dalam
berbagai tempat yang berbeda dan dalam waktu yang tidak bersamaan.
Tepatnya pada kurun keenam Hijriyah, Islam
meluas ke daerah-daerah secara kontinyu hingga kurun kesebelas melalui
imigran dari Hadhramaut.
Yaman juga terkenal mempunyai hubungan dagang
yang baik dengan India dan Asia
Tenggara semenjak pra Islam. Hubungan itu terus berkembang sampai kehadiran
Islam. Hubungan ini tidak sebatas pada bidang dagang, tetapi juga mencakup
bidang-bidang kehidupan lain. Para ahli sejarah hampir sepakat tentang
masuknya Islam ke India dan Asia Tenggara melalui perantara Hadharim. Di
samping juga melalui orang India, Persi, ataupun Indonesia.
Hadharim dikenal dengan sifat-sifat terpuji yang
menyebabkan penduduk setempat tertarik dan simpati. Pengaruh positif yang
dirasakan itu juga merembet ke medan perpolitikan regional. Mereka datang
bukan untuk berperang dan menjajah. Bahkan, para pribumi menganggap mereka
sebagai simbol bangsa yang mampu membumikan kemaslahatan dan keinginan
pribumi di daerah tersebut.
Faktor-faktor yang memotifasi mereka untuk
terjun dalam aktivitas politik pribumi antara lain untuk menyebarkan Islam,
perjuangan melawan penjajah, dan motivasi-motivasi lain.
Penyebaran Islam dan Walisongo
Seperti telah disinggung, tidak semua hadharim
yang hijrah hanya untuk mencari rejeki. Namun banyak sekali kalangan dai
dan ulama yang juga hijrah untuk menyebarkan Islam. Mereka hijrah menuju
India, dan disambut baik oleh raja-raja India Muslim. Hal itu dilakukan
sebab mereka membutuhkan kehadiran ulama yang dapat dijadikan panutan dalam
rangka menopang pemerintahanya dalam menghadapi rakyat yang beragama Hindu.
Juga untuk menyebarkan Islam di beberapa wilayah, terutama pada kelompok
Mabila.
Para dai tersebut mempunyai posisi penting di
mata raja-raja India Muslim. Di antaranya, al-‘Alamah as-Sufi as- Syekh
Muhammad bin Umar Bahroq (W 1524 M). Ia disambut oleh Raja Sulthan
Mudhaffar bin Mahmud Bahbikroh, yang kemudian berdomisili di Gujarat dalam
kurun waktu yang cukup lama. Ia mempunyai kedudukan terhormat dalam
kerajaan dan masyarakat, sebagai tumpuan dalam menghadapi pengaruh
orang-orang Hindu dan para Brahmana. Karena itu, para musuh berfikir keras
untuk melenyapkan dan melakukan tipu muslihatnya dengan cara meracuni
hingga ia meninggal dunia.
Demikian juga as-Sayyid Abdullah al-Idrus (W
1632 M) yang hidup pada masa kerajaan Bayjayyur. Pengaruhnya sangat kuat,
khususnya pada pribadi Sultan Ibrahim Adil Syah. Otomatis, aliran kebijakan
kerajaan yang asalnya Syiah, berubah menjadi Sunni. Selain itu, baju resmi
kebesaran kerajaan berganti dengan model Arab, sebagai ganti baju model
Persi.
Keluarga yang mempunyai pengaruh paling besar di
India dan Asia Tenggara adalah keluarga Abdul Malik bin Alawi (Ammul fagih)
bin Muhammad (Shahib Mirbath). Mereka datang dari Hadhramaut ke India pada
akhir abad ke-6 Hijriyah. Keturunan Abdul Malik telah mempunyai hubungan
baik dengan kerajaan India, para pembesar dan para ulama di sana. Tak heran
bila keluarga ini bisa menyebar di segala penjuru India. Keluarga besar ini
punya nilai penting bagi masyarakat Muslim India. Keluarga Abdul Malik Juga
mendapat julukan Ali Adzamat Khan.
Salah satu cucu Abdul Malik merupakan salah satu
dari Wali Songo yang masyhur di Asia Tenggara. Yaitu Ahmad bin Abdullah bin
Abdul Malik. Ia mempunyai pengaruh besar pada kerajaan India. Terbukti
dengan jabatannya sebagai salah satu menteri di India dalam waktu yang
cukup lama. Itu berlangsung sebelum terjadi gejolak politik di India yang
menyebabkan putra-putranya mengungsi ke China, Siam (Thailand) dan Kamboja.
Di Kamboja, Jamaludin al-Husein bin Ahmad kawin
dengan salah satu puteri Raja Kamboja yang telah masuk Islam bersama
ayahnya. Dari perkawinannya lahir Ibrahim al-Ghazi. Dialah yang menjadi
panglima perang sekaligus ilmuwan yang memperluas kekuasaanya sampai ke
China, Malasyia, dan Sumatra. Ia lalu menikah dengan salah satu putri Raja
China, dan mempunyai putra bernama Rahmatullah dan Ishaq. Ishaq inilah yang
dikenal di Jawa dengan sebutan Maulana Ishaq (ayahanda Sunan Giri) yang
mempunyai kedudukan tinggi di pemerintahan Raja Minak Jinggo, salah satu
raja Banyuwangi Jawa Timur.
Maulana Ishaq mengawini salah satu puteri Raja
Minak Jinggo yang masuk Islam dan berhasil menyembuhkan penyakit kanker
sang puteri. Dari pernikahan ini lahir seorang putra yang diberi nama Ainul
Yaqin, seorang dai yang tidak asing lagi. Ia juga dikenal sebagai pejuang
dan mempunyai pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Asia
Tenggara.
Sedangkan Rahmatullah atau Raden Rahmat yang
lebih populer sebagai Sunan Ampel mempunyai hubungan baik dengan
pemerintahan Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu. Sebuah kerajaan yang
sangat berpengaruh di Asia Tenggara. Raden Rahmat mempunyai hubungan dengan
salah satu putera raja, yaitu Raden Joyo Waseso yang masuk Islam di tangan
Raden Rahmat dan berganti nama Abdul Fatah (Raden Fatah). Ia ikut berperang
melawan ayahnya sendiri dan berhasil mengalahkannya serta merebut kekuasaan
ayahnya di tahun 792 Hijriyah. Ia lalu mula merintis berdirinya kerajaan
Islam pertama kali di Jawa yang terkenal dengan Kerajaan Demak. Dari sini
Agama Islam mulai tersebar secara besar-besaran.
Raden Rahmat mempunyai banyak putra, antara lain
:
1.
|
Ja’far Shadiq. Ia salah satu
panglima pasukan Raden Fatah yang dikirim langsung untuk menggempur Majapahit.
|
2.
|
Ibrahim. Ia salah satu panglima
Raden Fatah yang mendapatkan mandat untuk berperang dan mendampingi Raden
Fatah.
|
3.
|
Zainal Abidin. Ia adalah perdana
menteri ke-2 Raden Fatah. Dalam pemerintahan, ia dikenal tegas pada para
penyembah berhala. Ali Khairuddin, salah satu ahli sejarah menyebutkan,
Maulana Zainal Abidin mengumpulkan patung-patung di Jawa yang telah
disembah hingga mencapai 650
patung, lalu dibuang di laut Madura dan laut Bawean. Ia juga menaklukkan
seluruh penyembah berhala di bawah kekuasaanya. Para penyembah berhala
dihadapkan pada dua opsi, masuk Islam, atau membayar jizyah (pajak).
Sebagian ada yang masuk Islam dan sebagian lagi membayar jizyah dengan
konsekuensi pengamanan dari pemerintahan.
|
|
|
Raja-raja Aceh juga keturunan Bani Alawi. Salah
satu raja yang paling berpengaruh dalam penyebaran Islam adalah Raja Malik
Kamil yang wafat pada tahun 607 H. Kemudian al-Malik as-Shalih yang wafat
pada tahun 696 H. Lalu putranya, Sulthan Muhammad az-Dhahir yang wafat pada
tahun 726 H. Diteruskan oleh putranya Ahmad yang wafat di tahun 809 H. Dari
Ahmad inilah nasab (silsilah keturunan) raja-raja Brunai dan Jaremen Kuno,
Baruwak, Salwa, Saibu , Mindanao, dan Kanawa.
Di Philipina, Syarif Khabogsan (Syarif Muhammad
bin Ali Zainal Abidin) berpengaruh dalam penyebaran Islam. Ia mendirikan
pemerintahan Islam di sana. Ali Zainal Abidin ayah Kabogsan hijrah dari
Hadhramaut ke Johor dan menikah dengan puteri Raja Iskandar Syah, Raja
Johor yang kemudian mempunyai tiga orang putera. Yang bungsu benama
Muhammad bin Ali yang terkenal dengan sebutan Kaboghsan yang berhijrah
untuk dakwah, sampai ke daerah Mindanao di Philipina. Kemudian mulailah
penyebarkan Islam sekaligus perintisan negara Islam di sana, berikut
perlawanan terhadap kolonialisme barat dalam waktu yang cukup lama.
Di Salwa, Syarif Abu Bakar Zainal Abidin yang
sampai ke sana tahun 853 H melakukan pergantian pemerintahan setelah
perkawinannya dengan satu-satunya puteri Raja Solo. Beliau lalu menyebarkan
Islam di negara tersebut. Para penggantinya dapat meluaskan wilayah
kekuasaanya dan melakukan perlawanan dengan kolonialisme Barat pada saat
itu.
Ikhtishar
1.
|
Hadharim punya pengaruh besar
dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Hal ini diaktensi dalam seminar
yang diselenggarakan di Medan Sumatra Utara, 17-20 Maret 1963. Seminar
ini mengangkat tema tentang masuknya Islam ke Indonesia yang dihadiri
oleh para pakar sejarah, cendekiawan dan budayawan Indonesia. Mereka
memberikan resultasi bahwa Islam masuk ke Indonesia kali pertama dibawa
oleh Bani Alawi dari Hadhramaut yang bermazhab Syafii.
|
2.
|
Penyebaran Islam di Indonesia
dilakukan dengan berbagai metode. Di antaranya dakwah pada masyarakat
secara langsung, lewat politik, dan lain-lain.
|
3.
|
Bidang politik bertujuan untuk
mem-back up dakwah dan melindungi segala aktivitas dakwah dan para dai
dari chaos dan ketidakadilan. Hingga dapat meluaskan lapangan dakwahnya.
Karena, rakyat biasanya selalu mengikuti agama rajanya.
|
4.
|
Mereka yang biasanya mendapatkan
jabatan politik atau militer menjadi mediator para ulama dan dai yang
melakukan dakwah pada elit pemerintahan dengan hikmah dan kebajikan.
Mereka punya sifat mulia yang membuat para pembesar pemerintahan menaruh
kepercayaan yang besar
|
4. Perlawanan Terhadap Kolonial Eropa
Karena perang yang terjadi antara kaum muslimin
dan bangsa Eropa terlalu lama, seperti halnya yang terjadi di kepulauan
Ibriya dan Eropa Timur, mulailah bangsa Portugis dan Spanyol mengeluarkan
daya upayanya untuk segera menaklukan kaum muslimin. Termasuk menguasai
sumber-sumber kekayaan dan potensi alam dalam peperangan.
Perlawanan fisik, ekonomi, atau agama dimulai
dengan merusak jalur dagang kaum muslimin antara barat dan timur. Juga
dengan menguasai jalan-jalan penyambung dunia dan sumber-sumber kekayaan di
bagian timur. Menurut mereka, itulah cara yang dapat mengalahkan Islam dan
penganutnya.
Tetapi ketika Portugis sampai ke daerah timur,
ternyata bangsa Arab telah sampai lebih dulu. Apalagi banyak bermunculan
kerajaan-kerajaan Islam. Hal ini membuat orang Portugis geram dan
mengacaukan proyek mereka yang ingin menguasai kekayaan daerah-daerah
timur.
Mereka lalu berusaha menghilangkan pengaruh
orang Arab dan Islam dari daerah tersebut. Jenderal Portugis De Elbokareik,
dalam pidato di depan tentaranya mengatakan, “hanya dengan menjauhkan kaum
muslimin dari perdagangan rempah-rempah, bangsa Portugal bisa melemahkan
kekuatan Islam. Dan untuk melaksanakan khidmat kepada Tuhan, kita harus
mengusir bangsa Mur (Arab) dan mematikan api agama Muhammad. Jika berhasil,
niscaya api tersebut tidak akan tersebar selamanya”.
Mulailah Hadharim bahu-membahu dengan sesama
muslim dengan determinasi tinggi berjuang melawan kolonialisme yang tamak
pada kekayaan Indonesia. Hadharim memulai menceburkan diri dalam peperangan
melawan bangsa Portugis dan sekutu-sekutunya, para raja Hindu. Di antara
pahlawan yang sangat bersaja adalah Hidayatullah bin Abdullah bin Ali
(Nuruddin) dari keluarga Abdul Malik al-Alawi yang sebelumnya berhasil
mengusir Portugis dari tanah kelahiranya, Kamboja. Setelah itu ia menetap
di kerajaan Islam Demak. Pada tahun 1526 Sultan Trenggono bin Sultan Abdul
Fattah Demak memilih Hidayatullah sebagai panglima pasukan tempurnya yang
dipersiapkan untuk menyerang kerajaan Hindu Pajajaran di Jawa Barat.
Kerajaan ini telah menyepakati kerjasama dengan pemerintahan Portugis
melawan Islam.
Pasukan yang dipimpin Hidayatullah berhasil
memenangkan pertempuran. Kota Sunda Kelapa dapat dikuasai dan dirubah
namanya menjadi Jaya Karta. Saat ini Jaya Karta menjadi Ibukota Negara
Indonesia dengan nama Jakarta. Kemudian pasukan Portugis yang dipimpin
Jendral Henrik Reem datang, sehingga terjadi pertempuran sengit antara
pasukan Hidayatullah dan Portugis. Secara gemilang, peperangan itu berhasil
dimenangkan pasukan Hidayatullah. Ia lalu dijuluki Fatahillah. Sedang
orang-orang Portugal menyebutnya Faletehan.
Perjuangan Hidayatulah melawan Portugis dan para
penyembah berhala ini berlangsung terus menerus hingga tahun 959 H atau
1525 M. Ia mengundurkan diri dari pemerintahan untuk berdakwah. Ia lalu
memberikan tampuk pemerintahan kerajaan Banten kepada puteranya untuk
meneruskan perjuangan melawan Portugis. Juga Belanda pada tahun 1833.
Sampai akhirnya, kerajaan Banten menyerah pada pemerintahan Belanda di
Surabaya.
Di Philipina, perjuangan melawan penjajah
Spanyol juga dipimpin oleh keluarga besar Syarif Abu Bakar bin Zainal
Abidin. Peperangan ini berlangsung sampai tiga abad lamanya.
Di Palembang, perjuangan melawan penjajah
Belanda dilakukan Sultan Badruddin yang terkenal agamis dan pemberani dalam
membela Islam. Tetapi setelah jatuhnya ibukota Palembang ke tangan Belanda,
penjajah mengasingkan Sultan Badruddin dan perdana menterinya, Umar bin
Abdullah as-Segaf, ke pulau Ternate pada tahun 1821 M.
Termasuk Hadharim yang melakukan perjuangan
ketika awal kedatangan penjajah Belanda adalah Amir al-Wahab bin Sulaiman
bin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar Basyaiban al-Alawi. Kakeknya,
Abdurrahman, datang dari Qasam Hadhramaut menuju Cirebon dan kawin dengan
puteri Raja Cirebon. Dari perkawinannya itu, ia mempunyai dua putera,
Abdurrahim dan Sulaiman. Salah satu putera Sulaiman adalah Hasan yang
terkenal dengan sebutan Pangeran Agung bin Sulaiman yang terkenal sebagai
pejuang melawan pendudukan Belanda.
Abdurrahman bin Husain al-Qadri al-Alawi adalah
nama lain yang turut terjun berperang melawan Angkatan Laut Belanda dan
Inggris. Ia berhasil mendirikan kerajaan Pontianak. Berkat kegigihannya,
perserikatan Hindia Timur Belanda mengakuinya sebagai Raja Pontianak.
Di India, perjuangan melawan penjajah Eropa ini
juga dilakukan oleh kelompok Mabela dengan keberanian tinggi. Sulthan
Ghalib bin Awadh al-Quaiti mengatakan, “ingatkah kalian dengan celaan
Portugis, Belanda, Perancis, dan Inggris. Pemerintahan mereka sangat
tertekan dengan perlawanan sengit kelompok
ini.”
Gerakan kelompok militan ini mendapat dukungan
dari beberapa Ulama yang dikenal dengan gelar Tanggul yang berarti sayyid.
Yang dimaksud adalah para sayyid keturunan Bani Alawi dari Hadhramaut.
Mengenai keberanian kelompok Mabela, seperti disebutkan sumber dari Belanda
dan Perancis pada masa itu, “mereka kelompok yang berani sekali dalam
membela Islam. Mereka tidak pernah menyerah sama sekali dan lebih berani
mati dalam perjuangan membela negerinya.” Apalagi siasat mereka dalam berperang
dan keorganisasiannya mirip dengan Suku Moro Philipina.
Etnis Arab Hadhramaut terus bertambah
perkembangannya di India pada masa-masa setelah itu sebagai tentara di
berbagai negara kecil di al-Marotsa yang telah memeluk Islam selama kurang
lebih 40 tahun. Tentara inilah yang berjuang melawan pendudukan Inggris di
India yang berjumlah sampai 6000 tentara.
Hadharim di sana tidak hanya menjadi tentara
ekstra bagi India, namun memegang kendali dan sebagiannya menjadi panglima
perang. Hal ini bisa diketahui dari cerita kolonel Inggris dalam memorinya
ketika berperang melawan Hadharim di peperangan yang terjadi antara tentara
al-Marotsa dan tentara Inggris, bahwa kalangan elit tentara Inggris menaruh
segan terhadap tentara Basyafa’ dan raja-raja. Hal itu karena banyaknya
tentara Hadharim di sana. Lebih-lebih orang Arab ini terkenal dengan
kemampuanya bertahan dan memukul mundur musuh. Suatu hal yang diakui oleh
tentara-tentara Inggris.
Reinald Borton mengatakan, “tidak ada tentara di
dunia ini yang seberani dan sesolid tentara Arab. Walaupun mereka tidak
mempunyai kemampuan banyak dalam taktik peperangan, tetapi pada setiap jiwa
mereka ada keyakinan tinggi yang tidak akan hilang selagi mereka masih
hidup.”
Tentara Inggris berperang melawan tentara
al-Marotsa selama tiga kali. Dan semuanya memaksa mereka menuai kerugian
besar. Pertama pada tahun 1775-1782. Kedua pada tahun 1802-1805. Di tahun
ini tentara Inggris dapat mengalahkan tentara al-Marotsa di bawah komando
Sandiya dan Baransala.
Namun Basyayfa’ Raji Rawa kedua yang menyatukan
seluruh tentara al-Marotsa mencoba melakukan perlawanan kembali dan ingin
mengembalikan kemerdekaan negerinya. Ia mulai menyalakan api peperangan
ketiga. Namun tentara Inggris lambat laun bisa mengalahkan mereka dan mampu
menguasai tentara Basyayfa pada tahun 1818. Ini ditandai dengan penyerahan
diri panglima Basyaifa.
Pada tahun-tahun berikutnya terjadi kekosongan
kepemimpinan (vacum of power) di pusat komando pasukan al-Marotsa yang
berakibat terkotak-kotaknya pasukan tersebut. Hadharim banyak yang
mengungsi ke Haidar Abad. Sebagian ada yang dipaksa pulang oleh
pemerintahan Ingggris ke Hadhramaut. Salah satu pemuka masyarakat yang ikut
bergabung di Haidar Abad adalah Umar bin Awadh al-Quaiti.
Ikhtishar
1.
|
Hadharim mampu mencapai kedudukan
tinggi, baik di dalam militer ataupun pemerintahan. Terbukti, salah satu
dari mereka ada yang menjadi panglima perang atau raja yang nota bene
mampu melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Eropa
|
2.
|
Keberadaan hadharim di
perpolitikan, tentara, atau sosial mampu mempersulit kolonialisme dalam
menguasai Islam dan pengikutnya. Terlebih kaum kolonialis itu berhasil
menggandeng kerajaan Hindu dan Budha untuk bekerjasama. Mayoritas orang
Arab, sebagai pemuka masyarakat, mengobarkan sifat perjuangan itu pada
kaum pribumi.
|
3.
|
Perjuangan Hadharim melawan
kolonialisme Belanda atau Inggris menjadikan suatu ketakutan tersendiri
bagi mereka pada Arab dan Hadharim. Hal itu membuahkan hasil perubahan
politik kolonialisme dalam berhubungan dengan Arab atau hadharim di India
dan Asia Tenggara.
|
|
|
|