Andalusia
(711-1492)
Bismillah. Tekad itu dipancangkan Thariq bin
Ziyad. Sebanyak 7.000 orang pasukan yang dipimpinnya -mereka suku Berber
dan Arab-telah selamat tiba di dataran Andalusia atau Spanyol. Mereka telah
mengarungi selat yang memisahkan tanah Maroko di Afrika Utara dengan Eropa
itu. Tanpa ragu sedikit pun Thariq memerintahkan untuk membakar kapal-kapalnya.
Pilihannya jelas: terus maju untuk menang atau mati. Tak ada kata untuk
mundur dan pulang.
Peristiwa di tahun 711 Masehi itu mengawali
masa-masa Islam di Spanyol. Pasukan Thariq sebenarnya bukan misi pertama
dari kalangan Islam yang menginjakkan kaki di Spanyol. Sebelumnya, Gubernur
Musa Ibnu Nushair telah mengirimkan pasukan yang dikomandani Tharif bin
Malik. Tharif sukses. Kesuksesan itu mendorong Musa mengirim Thariq. Saat
itu, seluruh wilayah Islam masih menyatu di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Walid
dari Bani Umayah.
Thariq mencatat sukses. Ia mengalahkan pasukan
Raja Roderick di Bakkah. Setelah itu ia maju untuk merebut kota-kota
seperti Cordova, Granada dan Toledo yang saat itu menjadi ibukota kerajaan
Gothik. Ketika merebut Toledo, Thariq diperkuat dengan 5.000 orang tentara
tambahan yang dikirim Musa.
Thariq sukses. Bukit-bukit di pantai tempat
pendaratannya lalu dinamai Jabal Thariq, yang kemudian dikenal dengan
sebutan Gibraltar. Musa bahkan ikut menyebarang untuk memimpin sendiri pasukannya.
Ia merebut wilayah Seville dan mengalahkan Penguasa Gothic, Theodomir. Musa
dan Thariq lalu bahu-membahu menguasai seluruh wilayah Spanyol selatan itu.
Pada 755 Masehi, Abdurrahman -keturunan Keluarga
Umayah yang lolos dari kejaran penguasa Abbasiyah-tiba di Spanyol.
Abdurrahman Ad-Dakhil, demikian orang-orang menjulukinya. Ia membangun
Masjid Cordova, dan menjadi penguasa tunggal di Andalusia dengan gelar
Emir. Keturunannya melanjutkan kekuasaan itu sampai 912 Masehi. Kalangan
Kristen sempat mengobarkan perlawanan "untuk mencari kematian"
(martyrdom). Namun Dinasti Umayah di Andalusia ini mampu mengatasi
tantangan itu.
Abdurrahman Al-Aushat kemudian menjadikan
Andalusia sebagai pusat ilmu terpenting di daratan Eropa. Pada 912,
Abdurrahman An-Nasir mendengar kabar bahwa khalifah Abbasiyah di Baghdad
tewas dibunuh. Ia lalu menggunakan gelar khalifah. Ia mendirikan
universitas Cordova dengan perpustakaan berisi ratusan ribu buku.
Hal demikian dilanjutkan oleh Khalifah Hakam.
Pusat-pusat studi dibanjiri ribuan pelajar, Islam dan Kristen, dari
berbagai wilayah. Ladang-ladang pertanian Spanyol tumbuh dengan subur
mengadopsi kebun-kebun dari wilayah Islam lainnya. Sistem hidraulik untuk
pengairan dikenalkan. Andalusia inilah yang mendorong era pencerahan atau
renaissance yang berkembang di Italia.
Kekacauan timbul setelah Hakam wafat dan kendali
dipegang Manshur Billah -seorang ambisius yang menghabisi teman maupun
lawan-lawannya. Kebencian masyarakat, baik Islam maupun Kristen mencuat.
Situasi tak terkendalikan lagi setelah Manshur Billah wafat. Pada 1013,
Dewan Menteri menghapuskan jabatan khalifah. Andalusia terpecah-pecah
menjadi sekitar 30 negara kota.
Dua kekuatan dari Maghribi sempat menyatukan
kembali seluruh wilayah itu. Pertama adalah Dinasti Murabithun (1086-1143)
yang berpusat di Marakesy, Maroko. Pasukan Murabithun datang buat membantu
kalangan Islam melawan Kerajaan Castilla. Mereka memutuskan untuk menguasai
Andalusia setelah melihat Islam terpecah-belah. Dinasti Muwahiddun, yang
menggantikan kekuasaan Murabithun di Afrika Utara, kemudin juga melanjutkan
kepemimpinan Islam di Andalusia (1146-1235). Di masa ini, hidup Ibnu Rusyd
-seorang pemikir besar yang banyak menafsirkan naskah Aristoteles.
Pada 1238 Cordova jatuh ke tangan Kristen, lalu
Seville pada 1248 dan akhirnya seluruh Spanyol. Hanya Granada yang bertahan
di bawah kekuasaan Bani Ahmar (1232-1492). Kepemimpinan Islam masih
berlangsung sampai Abu Abdullah -meminta bantuan Raja Ferdinand dan Ratu
Isabella-- untuk merebut kekuasaan dari ayahnya. Abu Abdullah sempat naik
tahta setelah ayahnya terbunuh. Namun Ferdinand dan Isabella kemudian
menikah dan menyatukan kedua kerajaan. Mereka kemudian menggempur kekuatan
Abu Abdullah untuk mengakhiri masa kepemimpinan Islam sama sekali.
Sejak itu, seluruh pemeluk Islam (juga Yahudi),
dikejar-kejar untuk dihabisi sama sekali atau berpindah agama. Kekejian
penguasa Kristen terhadap pemeluk Islam itu dibawa oleh pasukan Spanyol
yang beberapa tahun kemudian menjelajah hingga Filipina. Kesultanan Islam
di Manila mereka bumihanguskan, seluruh kerabat Sultan mereka bantai.
Memasuki Abad 16, Tanah Andalusia -yang selama 8
Abad dalam kekuasaan Islam-- kemudian bersih sama sekali dari keberadaan
Muslim.n
Daulat Abbasiyah I
(750-1258 Masehi)
Ini dinasti berusia paling panjang dalam sejarah
Islam. Muhammad al-Saffah atau Abu Abbas berhasil merebut kekuasaan dari
Bani Umayah pada 750 Masehi. Ia memanfaatkan ketidakpuasan orang-orang
Islam non-Arab, kalangan Syiah serta keluarganya sendiri, Keluarga Hasyim.
Ia membangun kekuasaan itu bersama Abu Muslim dari Khurasan. Maka yang
dilakukannya adalah mengurangi pengaruh Arab di pemerintahan.
Hanya empat tahun Abu Abbas memerintah. Ia
meninggal. Khalifah berikutnya adalah Abu Ja'far (754-775). Dialah khalifah
pertama menggunakan gelar. Untuk dirinya sendiri, ia menggunakan gelar
Al-Mansyur. Pemerintahannya banyak mengakomodasi kepentingan masyarakat
Persia. Ibukota negara bahkan dipindahkan ke tepi Sungai Tigris -dekat
Ctesiphon, ibukota Kekaisaran Persia dulu.
Disebutkan, Al-Mansyur melakukan survei mendalam
untuk penentuan lokasi ibukota. Dia mengirim staf untuk tinggal di sana
guna membuat laporan keadaan wilayah itu di berbagai musim. Ia disebut
mendatangkan sekitar 100.000 pekerja dari berbagai daerah - Kufah, Basrah,
Mosul maupun Syria-untuk menjadi arsitek, tukang bangunan, juru pahat,
pelukis untuk membangun tempat yang dulu dipakai sebagai peristirahatan
Kaisar Kisra Anusyirwan. Sekitar tahun 762 Masehi, lahirlah kota Baghdad
sebagai salah satu kota termegah di dunia saat itu.
Al-Mansyur dianggap sebagai tonggak pembangun
kejayaan Abbasiyah. Namun itu dilakukannya dengan tangan besi pula.
Abdullah dan Shalih bin Ali, dua orang pamannya yang menolak berbaiat
untuknya, dibunuh Abu Muslim atas suruhannya. Abu Muslim sendiri kemudian
ia bunuh. Untuk militer, ia kembali melakukan ekspansi untuk menguasai
kembali wilayah-wilayah Bani Umayah dulu. Ia mengenalkan konsep 'wazir'
yang sekarang diistilahkan sebagai perdana menteri. Jawatan pos diberi tugas
intelejen -termasuk mengawasi para gubernur.
Di sisi lain, Baghdad dibangunnya sebagai pusat
peradaban. Ilmu dan kesenian dikembangkan. Di Kufah, di masa Al-Mansyur,
imam Abu Hanifah (700-767) diberinya tempat yang baik. Abu Hanifah
berkesempatan untuk merumuskan hukum-hukum Islam, yang kemudian dikenal
sebagai mazhab Hanafi. Sebuah mazhab yang sangat dipengaruhi kecenderungan
kalangan intelektual muslim di Kufah: kuat dalam rasionalitas.
Kemakmuran masyarakat terwujud pada masa
khalifah Al-Mahdi (775-785). Program irigasi berhasil meningkatkan produksi
pertanian berlipat kali. Jalur perdagangan dari Asia Tengah dan Timur
hingga Eropa melalui wilayah kekhalifahan Abbasiyah berjalan pesat.
Pertambangan emas, perak, besi dan tembaga, berjalan dengan baik. Basrah di
Teluk Persia tumbuh menjadi satu pelabuhan terpenting di dunia.
Bersamaan dengan itu, ilmu pengetahuan tumbuh
subur. Di Madinah, Imam Malik (713-795) juga menyusun fikih atau hukum
Islam. Ia tak seperti Hanafi. Ia banyak menggunakan hadis secara langsung
serta tradisi masyarakat Madinah. Puncak peradaban Islam terjadi pada masa
Harun Al-Rasyid (786-809). Bukan hanya kemakmurn masyarakat yang dicapai,
namun juga pendidikan, kebudayaan, sastra dan lain-lain.
Harun Al-Rasyid membangun rumah-rumah sakit,
sekolah kedokteran, serta farmasi. Saat itu, diperkirakan terdapat 800
orang dokter. Ia juga membangun pemandian-pemandian umum. Istrinya
membangun saluran air dari Taif untuk memenuhi kebutuhan air di Mekah yang
tak cukup dipenuhi oleh sumur zamzam.
"Masa keemasan" ini dilanjutkan oleh
Al-Ma'mun (813-833). Dia mendirikan banyak sekolah. Berbagai buku Yunani
diterjemahkannya ke bahasa Arab. Ia mendirikan pula "Bait
Al-Hikmah" -perpustakan sekaligus perguruan tinggi. Di masanya, Imam
Syafi'i (767-820) serta Imam Ahmad bin Hanbal (780-855) juga menulis kitab
fikih yang kemudian menjadi mazhab sendiri. Mazhab dengan pendekatan yang
berada di antara mazhab Hanafi dan Maliki. Pemikir Islam yang mengedepankan
rasionalitas, yang dikenal dengan sebutan Mu'tazilah, yakni Abu Huzail
(752-849) dan Al-Nazam (801-835) juga melempar gagasannya pada periode ini.
Hingga khalifah Al-Mutawakkil (847-861), Daulat
Abbasiyah masih menampakkan kebesarannya. Namun, dalam politik,
Al-Mutawakkil mulai membuat sejumlah perubahan. Ia lebih berorientasi pada
orang-orang Turki dibanding Persia. Paham keagamaan negara pun ia ubah.
Khalifah Al-Ma'mun menggunakan paham rasional mu'tazilah untuk negara.
Al-Mutawakil mencabut paham itu, dan menggunakan aliran 'salaf' dari mazhab
Hambali.n
Daulat Abbasiyah II
(750-1258 Masehi)
Tak banyak terkisahkan pada sejarah Daulat
Abbasiyah akhir Abad 9 dan awal Abad 10. Terutama sejak Khalifah
Al-Mutawakkil meninggal pada 861 Masehi. Riwayat hanya menyebut bahwa
pemerintahan Baghdad terus dikuasai oleh para panglima militer berdarah
Turki. Para panglima itu yang mengangkat khalifah dari keturunan
khalifah-khalifah terdahulu. Namun mereka hanya dijadikan simbol.
Badri Yatim dalam "Sejarah Peradaban
Islam" mencatat adanya 12 khalifah saat Daulat Abbasiyah dikuasai para
panglima militer Turki. Hanya empat khalifah yang diganti karena meninggal
secara wajar. Delapan lainnya diturunkan secara paksa oleh militer, bahkan
juga dibunuh. Keadaan ini menjadikan wibawa Dinasti Abbasiyah semakin merosot.
Satu per satu wilayah melepaskan diri dari kendali pusat.
Simbol-simbol peradaban, seperti ilmu
pengetahuan, kesenian dan sastra, tidak lagi berkembang. Satu-satunya paham
keagamaan yang tumbuh pada masa ini adalah pemikiran Abu Hasan Al-Asy'ari
(873-935), yang kerap disebut aliran tradisional dalam teologi. Al-Asy'ari
sempat belajar paham mu'tazilah yang banyak dipengaruhi oleh logika Yunani.
Ia lalu mengkritisi paham tersebut dengan mengambil pendekatan tekstual dan
tradisi. Sejarah pemikiran Islam kemudian banyak diwarnai tarik-menarik
kedua pendekatan tersebut, sampai sekarang.
Wibawa kekhalifahan Abbasiyah bangkit kembali
setelah kekuasaan di tangan keluarga Buwaih. Khalifah, lagi-lagi hanya
menjadi simbol sebagaimana Kaisar Jepang di era Tokugawa. Ketika wazir
(perdana menteri) dan militer bertikai, khalifah menyerahkan kekuasaan pada
tiga kakak beradik Ali, Hasan dan Ahmad -anak Abu Syuja' Buwaih, nelayan
miskin dari Dailam. Ahmad memegang kendali di Baghdad, Ali menguasai
wilayah Persia Selatan yang berpusat di Syiraz. Hasan berkuasa di Persia
Utara, termasuk kota Ray dan Isfahan.
Di awal masa Bani Buwaih (945-1055), kemakmuran
kembali berkembang di wilayah kekhalifahan Abbasiyah. Pembangunan gedung
pun semarak. Industri karpet berkembang pesat. Intelektual bermunculan.
Antara lain Ibnu Sina (980-1037), penulis Qanun fi Al-Thibb yang menjadi
rujukan ilmu kedokteran Barat sampai Abad 19. Juga Al Farabi yang wafat
pada 950 Masehi dan Al-Maskawaih (wafat 1030 Masehi). Namun dalam
keagamaan, terjadi kerancuan paham. Kekhalifahan menganut paham Sunni,
sedangkan Bani Buwaih berpaham Syi'ah.
Lagi-lagi pertikaian keluarga, membuat kekuatan
Bani Buwaih merosot. Kekhalifahan Abbasiyah kehilangan pamor lagi. Di
Mesir, berdiri Kesultanan Fathimiyah. Di Afghanistan, keluarga Ghaznawiyah
memerdekakan diri. Kemudian muncul dinasti Seljuk yang berawal dari
kabilah-kabilah kecil di Turkistan yang berhasil dipersatukan oleh Seljuk
anak Tuqaq. Pemimpin Seljuk kemudian Thugrul Beq, berhasil merebut beberapa
wilayah kekhalifahan Abbasiyah. Tak seperti Bani Buwaih, mereka menganut
paham Sunni.
Atas undangan Khalifah Qaim, Thugrul Bek
memasuki Baghdad. Para keturunannya kemudian menyetir kekuasaan di Baghdad.
Banyak keluarga Seljuk lainnya membangun kekuasaan kecil-kecil di luar
Baghdad. Sejarah mencatat masa terpenting kekuasaan Seljuk terjadi pada
kepemimpinan Alp Arselan (1063-1072). Khalifah masa itu adalah Sultan
Maliksyah, dengan Nizham Al-Mulk sebagai Perdana Menteri.
Nizham membangun Universitas Nizhamiyah pada
1065 di Baghdad. Inilah yang disebut model pertama universitas yang kini
dikenal dunia. Di berbagai kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang
universitas ini. Nizham juga membangun Madrasah Hanafiah. Ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesat. Banyak intelektual lahir pada masa ini.
Diantaranya Zamakhzyari di bidang tafsir dan teologi, Qusyairi di bidang
tafsir, Imam Al-Ghazali sebagai tokoh tasawuf, juga sastrawan Fariduddin
Attar dan Omar Kayam.
Di militer, 15.000 pasukan Alp Arselan
mengalahkan pasukan gabungan Romawi, Perancis dan Armenia. Sepeninggal
Arselan, pasukan itu malah merebut kota Yerusalem dari Dinasti Fathimiyah
pada 471 Hijrah, atau 1078 Masehi. Inilah peristiwa yang menyulut
terjadinya Perang Salib.
Waktu berlalu. Kekhalifahan melemah. Hampir
setiap propinsi melepaskan diri. Pada 1199, kekuasaan Keluarga Seljuk di
Baghdad berakhir. Para khalifah keturunan Abbas masih melanjutkan
kepemimpinan negara. Namun hanya terbatas di sekitar Baghdad. Pada 1258,
tiba-tiba sekitar 200 ribu pasukan Mongol muncul di bibir kota Baghdad di
bawah komando Hulagu Khan. Khalifah Al-Mu'tashim menyerah.
Ia menyangka Hulagu Khan hendak menikahkan anak
perempuannya dengan Abu Bakar, putra khalifah. Maka khalifah dan seluruh
pembesar istana datang ke kemah Hulagu membawa berbagai hadiah. Di tempat
itulah, Hulagu memenggal leher khalifah dan seluruh pengikutnya satu per
satu. Kota Baghdad dihancurkan. Seluruh kegemilangan yang dibangun oleh
Al-Mansyur, dan kemudian juga oleh Harun Al-Rasyid itu luluh lantak. Baghdad
kembali rata dengan tanah.n
Daulat Umayah I
(661-750 Masehi)
Ini adalah periode pemerintahan Islam di bawah
kekuasaan Keluarga Umayah. Para ahli sejarah menunjuk kekuasaan ini berawal
pada tahun 40 Hijriah atau 661 Masehi. Pendiri dinasti ini adalah Muawiyah
anak Abu Sofyan. Abu Sofyan adalah pemimpin Mekah yang menentang Rasul. Ia
masuk Islam setelah kota Mekah ditaklukkan oleh pasukan Islam dari Madinah.
Muawiyah semula adalah Gubernur Syria
berkedudukan di Damaskus. Ia memberontak pada Khalifah Ali bin Abu Thalib,
sampai Ali wafat dibunuh orang Khawarij. Pengikut Ali kemudian mengangkat
Hasan -anak Ali-sebagai khalifah baru. Namun Hasan, yang tak ingin konflik,
lalu mengikat perjanjian damai dengan Muawiyah. Jadilah Muawiyah penguasa
tunggal masyarakat muslim waktu itu.
Muawiyah memindah ibukota negara dari Madinah ke
Damaskus. Ia juga mengganti sistem pemerintahan. Hingga masa Ali, pemimpin
negara berlaku sebagai seorang biasa. Tinggal di rumah sederhana, menjadi
imam masjid, dan memenuhi kebutuhan sendiri secara biasa. Muawiyah meniru
sistem kerajaan untuk dirinya. Ia hidup bagai raja -dalam benteng,
bergelimang kemewahan, bepengawalan lengkap dengan kekuasaan mutlak. Untuk
jabatannya, ia menyebut diri sebagai "khalifatullah" ("wakil"
Allah di bumi) -istilah yang banyak dipakai para sultan kemudian.
Banyak yang diperbuat oleh Dinasti Umayah.
Antara lain dengan membangun dinas pos -termasuk penyediaan kuda dan
perlengkapannya. Mereka juga mengangkat Qadi atau hakim sebagai profesi.
Khalifah Abdul Malik mencetak uang sendiri dengan menggunakan tulisan Arab
sebagai pengganti uang Byzantium dan Persia. Administrasi pemerintahan
dibenahi. Bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi pemerintahan.
Langkah ini dilanjutkan oleh anak Abdul Malik,
Walid (705-715 Masehi). Ia membangun panti-panti asuhan untuk orang-orang
cacat. Pekerja untuk rumah-rumah tersebut dibayarnya sebagai pegawai. Walid
juga membangun infrastruktur berupa jalan-jalan raya yang menghubungkan
antar wilayah. Selain itu ia juga membangu gedung-gedung pemerintah,
masjid-masjid, bahkan juga pabrik. Di masanya, masyarakat mencapai puncak
kemakmurannya.
Namun khalifah yang paling banyak dipuji adalah
Umar bin Abdul Aziz (717-720). Ibunya adalah cucu Umar bin Khattab. Ia
lebih menekankan pembangunan moral dan sosial dibanding fisik. Ia menolak
jika dipilih menjadi khalifah semata karena dirinya anak khalifah. Ia
bahkan merangkul musuh-musuh Dinasti Umayah, termasuk kelompok Syi'ah,
untuk memilih khalifah yang baru. Sampai kemudian semua sepakat untuk
memilihnya sebagai khalifah.
Umar memberikan kebebasan beribadah kepada
masyarakat dari semua kelompok agama. Pajak yang membenani masyarakat pun
ia peringan. Ia juga disukai orang-orang non-Arab atau 'mawali'. Sebelum
masa Umar bin Abdul Aziz, warga non-Arab dianggap sebagai "warga kelas
dua". Umar mensejajarkan bangsa apapun tanpa kecuali.
Dalam kehidupan sehari-hari, Umar bin Abdul Aziz
mewarisi sikap kakek buyutnya, Umar bin Khattab. Bedanya: Umar bin Khattab
dikenal sebagai seorang bertemperamen keras, sedangkan Umar bin Abdul Aziz
adalah seorang yang lembut. Kesederhanaannya akan selalu dikisahkan
sepanjang sejarah. Di antaranya adalah ketika ia -suatu malam-bekerja di
ruangannya yang berpenerangan lampu. Lalu anaknya datang minta izin untuk
bicara dengannya. Umar bertanya, pembicaraannya itu untuk keperluan negara
atau keluarga. "Urusan keluarga," kata anaknya. Umar lalu
mematikan lampu itu. Lampu tersebut dinyalakan dengan minyak yang dibiayai
negara.
Ia tak mau urusan keluarga menggunakan lampu
dengan minyak negara. Sayang, Umar tidak lama memimpinn negara. Tiga tahun
setelah diangkat, ia wafat. Setelah Umar, para khalifah lebih banyak hidup
bergelimang kemewahan. Moralitas mereka jatuh. Kepercayaan rakyat merosot
tajam. Khalifah Hisyam anak Abdul Malik berusaha mengatasi itu. Namun
keadaan telanjur tak terkendali. Pada tahun 750 Masehi, setelah sekitar 90
tahun berkuasa, Daulat Umayah pun runtuh.n
Daulat Umayah II
(661-750 Masehi)
Kekuasaan yang dibangun Muawiyah bagi Daulat
Umayah diawali dengan noda hitam. Pemberontakan Muawiyah terhadap Khalifah
Ali yang melahirkan Perang Shiffin menyebabkan sekitar 80 ribu orang tewas.
Badri Yatim, dalam buku 'Sejarah Peradaban Islam' menyebut:
"Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu
daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak." Praktek yang
bertolak belakang dengan nilai Islam sebenarnya.
Muawiyah menunjuk anaknya, Yazid, sebagai
penggantinya. Cara demikian tidak dikenal Islam dalam pemilihan pemimpin
negara. Masyarakat berontak. Sebagian mengangkat Hussein anak Ali sebagai
khalifah. Melalui penipuan, Yazid menghancurkan kubu Hussein. Hussein yang
berencana memenuhi ajaka damai Muawiyah, ternyata dibunuh. Di padang
Karbala, Hussein dipenggal. Kepalanya dibawa ke Damaskus.
Abdullah anak Zubair juga tak mengakui
kekhalifahan Yazid. Abdullah berkedudukan di Mekah. Tentara kerajaan di
masa Khalifah Abdul Malik kemudian menyerbu Mekah. Keluarga Zubair
dihancurkan. Abdullah wafat dalam pertempuran pada 73 H atau 692 Masehi.
Di masa Muawiyah, kekuasaan melebar ke Barat
hingga Tunisia yang berada di seberang Italia. Di Timur, wilayah kekuasaan
telah menjangkau seluruh tanah Afghanistan sekarang. Ekspedisi laut
berulangkali menyerbu ke Byzantium, namum gagal menaklukkan Romawi. Wilayah
itu kemudian diperluas oleh Khalifah Abdul Malik. Wilayah Asia Tengah
seperti Bukhara, Khawarizm, Ferghana hingga Samarkand mereka kuasai.
Pasukan Umayah bahkan wilayah Sind dan Punyab di India dan Pakistan.
Terobosan paling monumental terjadi di
Gibraltar, Spanyol, di masa Khalifah Walid. Seluruh wilayah Afrika Utara
-termasuk Aljazair dan Maroko-mereka kuasai. Pada tahun 711 Masehi,
Panglima Perang Thariq bin Ziyad memimpin pasukan menyeberang selat dari
Maroko ke dataran Spanyol di Eropa. Ibukota Spanyol segera mereka kuasai.
Demikian pula kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo. Seluruh
Spanyol pun menjadi wilayah kekusaan Bani Umayah.
Di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, tentara
Bani Umayah di bawah komando Panglima Abdulrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi,
bergerak dari Spanyol menuju Perancis. Setelah melalui pegunungan Piranee,
mereka menguasai Bordeau, Poitiers dan hendak maju ke kota Tours. Di tempat
ini terjadi pertempuran yang menewaskan Al-Ghafiqi. Tentara itu pun mundur
kendali ke Spanyol.
Dengan rentang wilayah kekuasaan yang sangat
luas, di abad ke-8 Masehi tersebut, Bani Umayah merupakan kekuasaan yang
paling besar di dunia. Kekuasaan besar lainnya adalah Dinasti Tang di
wilayah Cina serta Romawi yang berpusat di Konstantinopel. Ke wilayah
kekuasaan Bani Umayah itulah Islam kemudian menyebar dengan cepat.
Namun adalah sebuah kemustahilan untuk
mempertahankan wilayah yang begitu luas terus-menerus. Apalagi masyarakat
kemudian kehilangan rasa hormatnya pada kekhalifahan. Pemberontakan muncul
di sana-sini. Yang terkuat adalah pemberontakan oleh Abdullah Asy-Syafah,
atau Abu Abbas. Ia keturunan Abbas bin Abdul Muthalib -paman Rasulullah. Ia
disokong oleh keluarga Hasyim -keluarga yang terus berseteru dengan Keluarga
Umayah. Kalangan Syi'ah -para pendukung fanatik Ali-mendukung pula gerakan
ini.
Abu Abbas kemudian bersekutu dengan tokoh kuat,
Abu Muslim dari Khurasan. Pada tahun 750 Masehi, mereka berhasil
menjatuhkan kekuasaan Bani Umayah. Khalifah terakhir, Marwan bin Muhammad,
lari ke Mesir namun tertangkap danm dibunuh di sana. Berakhirlah kekuasaan
Bani Umayah ini, meskipun keturunannya kemudian berhasil membangun Bani
Umayah kedua di wilayah Spanyol.n
Kairo
(969-1517)
Islam menyentuh wilayah Mesir pada 628 Masehi.
Ketika itu Rasulullah mengirim surat pada Gubernur Mukaukis -yang berada di
bawah kekuasaan Romawi-mengajak masuk Islam. Rasul bahkan menikahi gadis
Mesir, Maria.
Pada 639 Masehi, ketika Islam di bawah
kepemimpinan Umar bin Khattab, 3000 pasukan Amru bin Ash memasuki Mesir dan
kemudian diperkuat pasukan Zubair bin Awwam berkekuatan 4000 orang.
Mukaukis didukung gereja Kopti menandatangani perjanjian damai. Sejak itu,
Mesir menjadi wilayah kekuasaan pihak Islam. Di masa kekuasaan Keluarga Umayah,
dan kemudian Abbasiyah, Mesir menjadi salah satu provinsi seperti semula.
Mesir baru menjadi pusat kekuasaan -dan juga
peradaban Muslim-baru pada akhir Abad 10. Muiz Lidinillah membelot dari
kekuasaan Abbasiyah di Baghdad, untuk membangun kekhalifahan sendiri yang
berpaham Syi'ah. Ia menamai kekhalifahan itu Fathimiah -dari nama putri
Rasul yang menurunkan para pemimpin Syi'ah, Fatimah. Pada masa kekuasaannya
(953-975), Muiz menugasi panglima perangnya, Jawhar al-Siqili, untuk
membangun ibu kota .
Di dataran tepi Sungai Nil itu kota Kairo
dibangun. Khalifah Muiz membangun Masjid Besar Al-Azhar (dari
"Al-Zahra", nama panggilan Fatimah) yang dirampungkan pada 17
Ramadhan 359 Hijriah, 970 Masehi. Inilah yang kemudian bekembang menjadi
Universitas Al-Azhar sekarang, yang juga merupakan universitas tertua di
dunia saat ini.
Muiz dan para penggantinya, Aziz Billah
(975-996) dan Hakim Biamrillah (996-1021) sangat tertarik pada ilmu
pengetahuan. Peradaban berkembang pesat. Kecemerlangan kota Kairo -baik
dalam fisik maupun kehidupn sosialnya-mulai menyaingi Baghdad. Khalifah
Hakim juga mendirikan pusat ilmu Bait al-Hikam yang mengoleksi ribuan buku
sebagaimana di Baghdad.
Di masa tersebut, Ibnu Yunus (wafat 1009)
menemukan sistem pendulum pengukur waktu yang menjadi dasar arloji mekanik
saat ini. Lalu Hasan ibn Haitham menemukan penjelasan fenomena
"melihat". Sebelum itu, orang-orang meyakini bahwa orang dapat
melihat sesuatu karena adanya pancaran sinar dari mata menuju obyek yang
dilihat. Ibnu Haytham menemukan bahwa pancaran sinar itu bukanlah dari mata
ke benda tersebut, melainkan sebaliknya. Dari benda ke mata.
Gangguan politik terus-menerus dari wilayah
sekitarnya menjadikan wibawa Fathimiyah merosot. Pada 564 Hijriah atau 1167
Masehi, Salahuddin Al-Ayyubi mengambil alih kekuasaan Fathimiyah. Tokoh
Kurdi yang juga pahlawan Perang Salib tersebut membangun Dinasti Ayyubiyah,
yang berdiri disamping Abbasiyah di Baghdad yang semakin lemah.
Salahuddin tidak menghancurkan Kairo yang
dibangun Fathimiyah. Ia malah melanjutkannya sama antusiasnya. Ia hanya
mengubah paham keagamaan negara dari Syiah menjadi Sunni. Sekolah, masjid,
rumah sakit, sarana rehabilitasi penderita sakit jiwa, dan banyak fasilitas
sosial lainnya dibangun. Pada 1250 -delapan tahun sebelum Baghdad diratakan
dengan tanah oleh Hulagu-kekuasaan diambil alih oleh kalangan keturunan
Turki, pegawai Istana keturunan para budak (Mamluk).
Di Istana, saat itu terjadi persaingan antara
militer asal Turki dan Kurdi. Sultan yang baru naik, Turansyah, dianggap
terlalu dekat Kurdi. Tokoh militer Turki, Aybak bersekongkol dengan ibu
tiri Turansyah, Syajarah. Turansyah dibunuh. Aybak dan Syajarah menikah.
Namun Aybak juga membunuh Syajarah, dan kemudian Musa, keturunan Ayyubiyah,
yang sempat diangkatnya.
Di saat Aybak menyebar teror itu, tokoh
berpengaruh Mamluk bernama Baybars mengasingkan diri ke Syria. Ia baru
balik ke Mesir, setelah Aybak wafat dan Ali -anak Aybak-mengundurkan diri
untuk digantikan Qutuz. Qutuz dan Baibars bertempur bersama untuk menahan
laju penghancuran total oleh pasukan Hulagu. Di Ain Jalut, Palestina, pada
13 September 1260 mereka berhasil mengalahkan pasukan Mongol itu. Baybars
(1260-1277) yang dianggap menjadi peletak pondasi Dinasti Mamluk yang
sesungguhnya. Ia mengangkat keturunan Abbasiyah -yang telah dihancurkan
Hulagu di Baghdad-untuk menjadi khalifah. Ia merenovasi masjid dan
universitas Al-Azhar. Kairo dijadikannya sebagai pusat peradaban dunia.
Ibnu Batutah yang berkunjung ke Mesir sekitar 1326 tak henti mengagumi
Kairo yang waktu itu berpenduduk sekitar 500-600 ribu jiwa atau 15 kali
lebih banyak dibanding London di saat yang sama.
Ibnu Batutah tak hanya mengagumi 'rihlah',
tempat studi keagamaan yang ada hampir di setiap masjid. Ia terpesona pada
pusat layanan kesehatan yang sangat rapi dan "gratis". Sedangkan
Ibnu Khaldun menyebut: "mengenai dinasti-dinasti di zaman kita, yang
paling besar adalah orang-orang Turki yang ada di Mesir."
Pusat peradaban ini nyaris hancur di saat
petualang barbar Timur Lenk melakukan invasi ke Barat. Namun Sultan Barquq
berhasil menahan laju pasukan Mongol tersebut. Dengan demikian Mamluk
merupakan pusat kekuasaan yang duakali mampu mengalahkan tentara Mongol.
Pada ujung abad 15, perekonomian di Mesir
menurun. Para pedagang Eropa melalui Laut Tengah tak lagi harus tergantung
pada Mesir untuk dapat berdagang ke Asia. Pada 1498, mereka
"menemukan" Tanjung Harapan di Afrika Selatan sebagai pintu
perdagangan laut ke Asia. Pada 1517, Kesultanan Usmani di Turki menyerbu
Kairo dan mengakhiri sejarah 47 sultan di Dinasti Mamluk tersebut.n
Khalifah Abu Bakar
Muhammad wafat tanpa meninggalkan pesan siapa
yang harus menggantikannya sebagai pemimpin umat.. Beberapa kerabat Rasul
berpendapat bahwa Ali bin Abu Thalib -misan dan menantu yang dipelihara
Muhammad sejak kecil-yang paling berhak. Namun sebagian kaum Anshar, warga
asli Madinah, berkumpul di Balai Pertemuan (Saqifa) Bani Saudah. Mereka
hendak mengangkat Saad bin Ubadah sebagai pemimpin umat.
Ketegangan terjadi. Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah
datang untuk mengingatkan mereka. Perdebatan terjadi, sampai dua tokoh
Muhajirin dan Anshar -Abu Ubaidah dan Basyir anak Saad-membaiat Abu Bakar.
Umar menyusul membaiat. Demikian pula yang lainnya. Pertikaian selesai.
Selasa malam menjelang salat Isya -setelah Muhammmad dimakamkan-Abu Bakar
naik ke mimbar di masjid Nabawi. Ia mengucapkan pidato pertamanya sebagai
khalifah. Pidato yang ringkas dan dan berkesan di kalangan umat. Itu
terjadi pada Juni 632, atau 11 Hijriah.
Abu Bakar adalah orang pertama di luar kerabat
Rasul yang memeluk Islam. Ia dikenal sebagai orang yang selalu membenarkan
ucapan Muhammad. Ketika orang-orang menghujat Muhammad karena mengatakan
baru mengalami Isra' Mi'raj, Abu Bakar menyatakan keyakinannya terhadap
peristiwa itu. Ia menyiapkan perjalanan serta mengawani Muhammad saat
hijrah ke Madinah. Ia juga menikahkan putrinya, Aisyah, dengan Rasul.
Namun tak berarti kepemimpinan Abu Bakar mulus.
Meninggalnya Muhammad menimbulkan pembelotan besar-besaran dari berbagai
kabilah yang baru masuk Islam. Mereka tidak lagi patuh pada pemerintahan di
Madinah. Beberapa orang malah menyatakan diri sebagai Nabi. Aswad Al-Insa
di Yaman yang menyatakan diri sebagai Nabi dan membolehkan orang tidak
salat dan berzina, telah dibunuh oleh orang dekatnya saat Rasulullah sakit.
Sekarang ada Tulaihah dan Musailama yang berbuat serupa.
Di Madinah pun, Abu Bakar berselisih pendapat
dengan Fatimah, putri Muhammad, mengenai cara pengelolaan uang negara.
Keluarga Rasul -termasuk Ali bin Abu Thalib-baru mengakui kepemimpinan Abu
Bakar enam bulan kemudian, setelah Fatimah wafat.
Tugas pertama yang dilakukan Abu Bakar adalah
melaksanakan amanat Rasul: memberangkatkan pasukan Usama bin Zaid ke arah
Palestina dan Syam. Ia sendiri -dalam usia 61 tahun-- kemudian memimpin
tentara menggempur Tulaiha. Operasi militernya sukses. Setelah itu, Abu
Bakar membentuk 11 regu untuk menaklukkan kabilah-kabilah yang menolak
membayar zakat. Yakni dari Tihama di Laut Merah, Hadramaut di ujung Lautan
Hindia, sampai ke Oman, Bahrain, Yamama hingga Kuwait di Teluk Persia.
Pertempuran paling sengit terjadi melawan
pasukan Musailama yang memiliki 40 ribu pasukan. Tentara dari Madinah
sempat hancur. Berkat kecerdikan panglima Khalid bin Walid, mereka memukul
balik lawan. Seorang tentara Khalid, Al-Barak, berhasil melompati benteng
Al-Hadikat dan membuka pintu dari dari dalam. Musailama tewas.
Pasukan Khalid kemudian bergerak ke Utara,
menuju lembah Irak yang saat itu dikuasai kerajaan besar Persia. Pada 8
Hijriah, Raja Persia Kisra merobek-robek surat yang dikirimkan Muhammad.
Rasul lalu menyebut Allah akan merobek-robek kerajaan Persia pula. Saat itu
tiba melalui tangan Khalid bin Walid yang hanya membawa sedikit pasukan.
Dalam perang di Allais tercatat 70 ribu orang tewas. Setelah itu Kerajaan
Hira pun ditaklukkan. Jadilah seluruh wilayah Irak sekarang masuk dalam
wilayah kekhalifahan Abu Bakar.
Setelah itu, Khalifah Abu Bakar mengirim 24.000
pasukan ke arah Syria, di bawah komando empat panglima perang. Mereka
bersiap menghadapi 240.000 pasukan Romawi -kekuatan terbesar di dunia pada
masa itu-yang diperintah Heraklius. Abu Bakar menetapkan Yarmuk sebagai
pangkalan mereka. Ia juga memerintahkan Khalid bin Walid -yang berada di
wilayah Irak-untuk pergi ke Yarmuk dan menjadi Panglima Besar di situ.
Sebanyak 9000 pasukan dibawanya.
Abu Bakar mencatat banyak keberhasilan. Di
jazirah Arab, ia telah berhasil menyatukan kembali umat Islam yang pecah
setelah rasul wafat. Di masanya pula, Islam mulai menyebar ke luar jazirah
Arab. Meskipun demikian, ia tetap dikenal sebagai seorang yang sederhana.
Ia hidup sebagaimana rakyat. Tetap pergi sendiri ke pasar untuk berbelanja,
serta tetap menjadi imam salat di masjid Nabawi.
Selama dua tahun tiga bulan memimpin umat, ia
hanya mengeluarkan 8.000 dirham uang negara untuk kepentingan keluarganya.
Jumlah yang sangat sedikit untuk ukuran waktu itu sekalipun. Ia juga
memerintahkan pengumpulan catatan ayat-ayat Quran dari para sekretaris
Rasul. Catatan-catatan itu dikumpulkan di rumah Hafsha, putri Umar. Abu
Bakar meninggal dalam usia yang hampir sama dengan Rasul, 63 tahun.n
Khalifah Ali bin Abu Thalib (35-41
Hijriah/655-661 Masehi)
Utsman bin Affan wafat. Warga Madinah dan tiga
pasukan dari Mesir, Basrah dan Kaufah bersepakat memilih Ali bin Abu Thalib
sebagai khalifah baru. Menurut riwayat, Ali sempat menolak penunjukan itu .
Namun semua mendesak untuk memimpin umat. Pembaitan Ali pun berlangsung di
masjid Nabawi.
Ali adalah salah seorang sahabat paling dekat
dengan Rasul. Sewaktu kecil, Muhammad diasuh oleh Abu Thalib -pamannya yang
juga ayah Ali. Setelah berumah tangga dan melihat Abu Thalib hidup
kekurangan, Muhammad memelihara Ali di rumahnya. Ali dan Zaid bin Haritsah
-anak angkat Muhammad-adalah orang pertama yang memeluk Islam, setelah Khadijah.
Mereka selalu salat berjamaah.
Kecerdasan dan keberanian Ali sangat menonjol di
lingkungan Qurais. Saat anak-anak, ia telah menantang tokoh-tokoh Qurais
yang mencemooh Muhammad. Ketika Muhammad hijrah dan kaum Qurais telah
menghunus pedang untuk membunuhnya, Ali tidur di tempat tidur Muhammad
serta mengenakan mantel yang dipakai Rasul itu.
Di medan perang, dia adalah petempur yang sangat
disegani. Baik di perang Badar, Uhud hingga Khandaq. Namanya semakin sering
dipuji setelah ia berhasil menjebol gerbang benteng Khaibar yang menjadi
pertahanan terakhir Yahudi. Menjelang Rasul menunaikan ibadah haji, Ali
ditugasi untuk melaksanakan misi militer ke Yaman dan dilakukannya dengan
baik.
Mengenai kecerdasannya, Muhammad pernah memuji
Ali dengan kata-kata: "Saya adalah ibukota ilmu dan Ali adalah
gerbangnya." Kefasihan bicara Ali dipuji oleh banyak kalangan. Rasul
kemudian menikahkan Ali dengan putri bungsunya, Fatimah. Setelah Fatimah
wafat, Ali menikah dengan Asmak -janda yang dua kali ditinggal mati
suaminya, yakni Ja'far (saudara Ali) dan khalifah Abu Bakar.
Sebagai khalifah ia mewarisi pemerintahan yang
sangat kacau. Juga ketegangan politik akibat pembunuhan Utsman. Keluarga
Umayah menguasai hampir semua kursi pemerintahan. Dari 20 gubernur yang
ada, hanya Gubernur Irak -Abu Musa Al-Asyari-yang bukan keluarga Umayah.
Mereka menuntut Ali untuk mengadili pembunuh Utsman. Tuntutan demikian juga
banyak diajukan tokoh netral seperti janda Rasulullah -Aisyah, juga Zubair
dan Thalhah -dua orang pertama yang masuk Islam seperti Ali.
Beberapa orang menuding Ali terlalu dekat dengan
para pembunuh itu. Ali menyebut pengadilan sulit dilaksanakan sebelum
situasi politik reda. Ia bermaksud menyatukan negara lebih dahulu. Untuk
itu, ia mendesak Muawiyah bin Abu Sofyan -Gubernur Syam yang juga pimpinan
keluarga Umayah-untuk segera berbaiat kepadanya.
Muawiyah menolak berbaiat sebelum pembunuh
Ustman dihukum. Ali siap menggempur Muawiyah. Sejumlah sahabat penting
seperti Mughairah, Saad bin Abi Waqas, Abdullah anak Umar menyarankan Ali
menunda serangan itu. Begitu juga sepupu Ali, Ibnu Abbas. Tapi Ali
berkeras, sehingga Ibnu Abbas mengeritiknya: "Anda ini benar-benar
panglima perang, bukan negarawan."
Ali segera menyusun pasukan. Ia berangkat ke
Kufah, wilayah yang masyarakatnya mendukung Ali. Ia tinggalkan ibukota
Madinah sepenuhnya, bahkan seterusnya, untuk langsung memimpin perang. Hal
yang tak lazim dilakukan para pemimpin negara. Setahun sudah berlalu,
pembunuh Ustman belum ditindak.
Langkah ini makin mengundang kritik dari
kelompok Aisyah. Aisyah, Thalhah dan Zubair lalu memimpin 30 ribu pasukan
dari Mekah. Pasukan Ali -yang semula diarahkan ke Syam- terpaksa dibelokkan
untuk menghadapi Aisyah. Terjadilah peristiwa menyedihkan itu: perang antar
Muslim.
Aisyah memimpin pasukannya dalam tandu tertutup
di atas unta. Banyak pasukan juga mengendarai unta. Maka perang itu disebut
Perang Unta. Sekitar 10 ribu orang tewas dalam perang sesama Muslim ini.
Aisyah tertawan setelah tandunya penuh anak panah. Zubair tewas dibunuh di
waha Al-Sibak. Thalhah terluka di kaki dan meninggal di Basra.
Kesempatan pun dimanfaatkan oleh Muawiyah. Ia
menggantungkan jubah Ustman yang berlumur darah, serta potongan jari istri
Ustman, di masjid Damaskus untuk menyudutkan Ali. Pihaknya bahkan menuding
Ali sebagai otak pembunuhan Ustman. Muawiyah berhasil menarik Amru bin Ash
ke pihaknya.
Amru seorang politisi ulung yang sangat
disegani. Ia diiming-imingi menjadi Gubernur Mesir. Abdullah, anak Amru
yang saleh, menyarankan ayahnya untuk menolak ajakan Muawiyah. Namun
Muhammad -anaknya yang suka politik-menyarankan Amru mengambil kesempatan.
Amru tergoda. Ia mendukung Muawiyah untuk menjadi khalifah tandingan.
Kedua pihak bertempur di Shiffin, hulu Sungai
Eufrat di perbatasan Irak-Syria. Puluhan ribu Muslim tewas. Di pihak Ali,
korban sebanyak 35 ribu di pihak Muawiyah 45 ribu. Dalam keadaan terdesak,
pihak Muawiyah bersiasat. Atas usulkan Amru, mereka mengikat Quran di ujung
tombak dan mengajak untuk "berhukum pada Quran."
Pihak Ali terbelah. Sebagian berpendapat, seruan
itu harus dihormati. Yang lain menyebut itu hanya cara Muawiyah untuk
menipu menghindari kalah. Ali mengalah. Kedua pihak berunding. Amru bin Ash
di pihak Muawiyah, Abu Musa -yang dikenal sebagai seorang saleh dan tak
suka politik- di pihak Ali. Keduanya sepakat untuk "menurunkan"
Ali dan Muawiyah. Namun Amru kembali mengingkari kesepakatannya.
Situasi yang tak menentu itu membuat marah
Hurkus -komandan pasukan Ali yang berasal dari keluarga Tamim. Hurkus
adalah seorang yang lurus dan keras. Caranya memandang masalah selalu
"hitam putih". Karena cara berpikirnya yang sempit, ia pernah
menggugat Rasulullah. Sekarang ia menganggap Muawiyah maupun Ali melanggar
hukum Allah. "Laa hukma illallah (tiada hukum selain Allah),"
serunya. Pelanggar hukum Allah boleh dibunuh, demikian pendapatnya.
Kelompok Hurkus segera menguat. Orang-orang
menyebut kelompok radikal ini sebagai "khawarij" (barisan yang
keluar). Mereka menyerang dan bahkan membunuh orang-orang yang berbeda pendapat
dengannya. Pembunuhan berlangsung di beberapa tempat. Mereka berpikir,
negara baru akan dapat ditegakkan jika tiga orang yang dianggap penyebab
masalah, yakni Ali, Muawiyah dan Amru dibunuh.
Hujaj bertugas membunuh Muwawiyah di Damaskus,
Amru bin Abu Bakar membunuh Ambru bin Ash di Mesir dan Abdurrahman membunuh
Ali di Kufah. Muawiyah yang kini hidup dengan pengawalan ketat bagai raja
hanya terluka. Amru bin Abu Bakar salah bunuh orang imam yang menggantikan
Amru bin Ash. Di Kaufah, Ali tengah berangkat ke masjid ketika diserang
dengan pedang. Dua hari kemudian ia wafat. Peristiwa itu terjadi pada
Ramadhan 40 Hijriah atau 661 Masehi.
Berakhirlah model kepemimpinan Islam untuk
negara yang dicontohkan Rasulullah. Muawiyah lalu menggunakan model
"kerajaan" pemerintahan negara Islam. Ibukota pun dipindah dari
Madinah ke Damaskus.n
Khalifah Umar bin Khaththab
(23-33 Hijriah/634-644 Masehi)
Pada hari-hari terakhir hidupnya, Khalifah Abu
Bakar sibuk bertanya pada banyak orang. "Bagaimana pendapatmu tentang
Umar?" Hampir semua orang menyebut Umar adalah seorang yang keras,
namun jiwanya sangat baik. Setelah itu, Abu Bakar minta Usman bin Affan
untuk menuliskan wasiat bahwa penggantinya kelak adalah Umar. Tampaknya Abu
Bakar khawatir jika umat Islam akan berselisih pendapat bila ia tak
menuliskan wasiat itu.
Pada tahun 13 Hijriah atau 634 Masehi, Abu Bakar
wafat dan Umar menjadi khalifah. Jika orang-orang menyebut Abu Bakar
sebagai "Khalifatur- Rasul", kini mereka memanggil Umar
"Amirul Mukminin" (Pemimpin orang mukmin). Umar masuk Islam
sekitar tahun 6 Hijriah. Saat itu, ia berniat membunuh Muhammad namun
tersentuh hati ketika mendengar adiknya, Fatimah, melantunkan ayat Quran.
Selama di Madinah, Umarlah --bersama Hamzah-yang
paling ditakuti orang-orang Qurais. Keduanya selalu siap berkelahi jika
Rasul dihina. Saat hijrah, ia juga satu-satunya sahabat Rasul yang pergi
secara terang-terangan. Ia menantang siapapun agar menyusulnya bila ingin
"ibunya meratapi, istrinya jadi janda, dan anaknya menangis kehilangan."
Kini ia harus tampil menjadi pemimpin semua.
Saat itu, pasukan Islam tengah bertempur sengit di Yarmuk -wilayah
perbatasan dengan Syria. Umar tidak memberitakan kepada pasukannya bahwa
Abu Bakar telah wafat dan ia yang sekarang menjadi khalifah. Ia tidak ingin
mengganggu konsentrasi pasukan yang tengah melawan kerajaan Romawi itu.
Di Yarmuk, keputusan Abu Bakar untuk mengambil
markas di tempat itu dan kecerdikan serta keberanian Khalid bin Walid
membawa hasil. Muslim bermarkas di bukit-bukit yang menjadi benteng alam,
sedangkan Romawi terpaksa menempati lembah di hadapannya. Puluhan ribu
pasukan Romawi -baik yang pasukan Arab Syria maupun yang didatangkan dari
Yunani-tewas. Lalu terjadilah pertistiwa mengesankan itu.
Panglima Romawi, Gregorius Theodore -orang-orang
Arab menyebutnya "Jirri Tudur"-- ingin menghindari jatuhnya
banyak korban. Ia menantang Khalid untuk berduel. Dalam pertempuran dua
orang itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia ganti
mengambil pedang besar. Ketika berancang-ancang perang lagi, Gregorius
bertanya pada Khalid tentang motivasinya berperang serta tentang Islam.
Mendengar jawaban Khalid, di hadapan ratusan
ribu pasukan Romawi dan Muslim, Gregorius menyatakan diri masuk Islam. Ia
lalu belajar Islam sekilas, sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu
bertempur di samping Khalid. Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya
sendiri. Namun pasukan Islam mencatat kemenangan besar di Yarmuk, meskipun
sejumlah sahabat meninggal di sana. Di antaranya adalah Juwariah, putri Abu
Sofyan.
Umar kemudian memecat Khalid, dan mengangkat Abu
Ubaidah sebagai Panglima Besar pengganti. Umar khawatir, umat Islam akan
sangat mendewakan Khalid. Hal demikian bertentangan prinsip Islam. Khalid
ikhlas menerima keputusan itu. "saya berjihad bukan karena Umar,"
katanya. Ia terus membantu Abu Ubaidah di medan tempur. Kota Damaskus
berhasil dikuasai. Dengan menggunakan "tangga manusia", pasukan
Khalid berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Heraklius dengan sedih
terpaksa mundur ke Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang
telah lima abad dikuasai Romawi.
Penguasa Yerusalem juga menyerah. Namun mereka
hanya akan menyerahkan kota itu pada pemimpin tertinggi Islam. Maka Umar
pun berangkat ke Yerusalem. Ia menolak dikawal pasukan. Jadilah pemandangan
ganjil itu. Pemuka Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Pasukan
Islam juga tampil mentereng. Setelah menaklukkan Syria, mereka kini hidup
makmur. Lalu Umar dengan bajunya yang sangat sederhana datang menunggang unta
merah. Ia hanya disertai seorang pembantu. Mereka membawa sendiri kantung
makanan serta air.
Kesederhanaan Umar itu mengundang simpati
orang-orang non Muslim. Apalagi kaum Gereja Syria dan Gereja Kopti-Mesir
memang mengharap kedatangan Islam. Semasa kekuasaan Romawi mereka
tertindas, karena yang diakui kerajaan hanya Gereja Yunani. Maka, Islam
segera menyebar dengan cepat ke arah Memphis (Kairo), Iskandaria hingga
Tripoli, di bawah komando Amr bin Ash dan Zubair, menantu Abu Bakar.
Ke wilayah Timur, pasukan Saad bin Abu Waqas
juga merebut Ctesiphon -pusat kerajaan Persia, pada 637 Masehi. Tiga putri
raja dibawa ke Madinah, dan dinikahkan dengan Muhammad anak Abu Bakar,
Abdullah anak Umar, serta Hussein anak Ali. Hussein dan istrinya itu
melahirkan Zainal Ali Abidin -Imam besar Syiah. Dengan demikian, Zainal
mewarisi darah Nabi Muhammad, Ismail dan Ibrahim dari ayah, serta darah
raja-raja Persia dari ibu. Itu yang menjelaskan mengapa warga Iran menganut
aliran Syi'ah. Dari Persia, Islam kemudian menyebar ke wilayah Asia Tengah,
mulai Turkmenistan, Azerbaijan bahkan ke timur ke wilayah Afghanistan
sekarang.
Umar wafat pada tahun 23 Hijriah atau 644
Masehi. Saat salat subuh, seorang asal Parsi Firuz menikamnya dan mengamuk
di masjid dengan pisau beracun. Enam orang lainnya tewas, sebelum Firus
sendiri juga tewas. Banyak dugaan mengenai alasan pembunuhan tersebut. Yang
pasti, ini adalah pembunuhan pertama seorng muslim oleh muslim lainnya.
Umar bukan saja seorang yang sederhana, tapi
juga seorang yang berani berijtihad. Yakni melakukan hal-hal yang tak
dilakukan Rasul. Untuk pemerintah, ia membentuk departemen-departemen. Ia
tidak lagi membagikan harta pamoasan perang buat pasukannya, melainkan
menetapkan gaji buat mereka. Umar memulai penanggalan Hijriah, dan
melanjutkan pengumpulan catatan ayat Quran yang dirintis Abu Bakar. Ia juga
memerintahkan salat tarawih berjamaah.
Menurut riwayat, suatu waktu Ali terpesona
melihat lampu-lampu masjid menyala pada malam hari di bulan Ramadhan.
"Ya Allah, sinarilah makam Umar sebagaim9ana masjid-masjid kami terang
benderang karenanya," kata Ali.
Jejak indah kepemimpinan umar bin khatab
Malam telah pekat, selimut-selimut semakin
dirapatkan para pemiliknya untuk menambah lelap. Angin sahara menderu akrab
ditelinga, dingin menusuk, kesunyian hadir sejak tadi. Dia mengendap-endap
keluar dari petak rumah sederhana, menyusuri setiap lorong perkampungan
Madinah. Jubah kumal bertambalan itu menemaninya pergi. Ditajamkannya
pendengaran, adakah rakyatnya menyelami derita yang luput dari perhatian.
Diawaskannya mata, terdapatkah rakyat alami duka akibat kepemimpinannya.
Jika dia berlalu dan mendengar dengkuran halus pemilik rumah, senyuman
menemaninya berpatroli.
Sendirian, dia memamah malam, langkahnya
berjinjit khawatir mengganggu istirahat rakyat yang begitu dicintai. Dari
setiap detik yang mengalir, selalu kecemasan yang membayang di wajah
pemberaninya, jangan-jangan di rumah ini ada janda dengan anak-anak yang
kelaparan, atau khawatir di rumah selanjutnya orang tua terkapar kesakitan
tanpa sanak saudara, adakah di rumah itu yang sakit hati karena pajak
terlalu tinggi. Sendirian dia menikmati paruh malam, menyulam harapan
keadaan rakyat sentosa senantiasa, merajut do’a agar rakyat dibawah naungan
perlindungannya dilingkupi pilinan kedamaian.
Langkahnya terhenti, ketika beberapa wanita
terdengar bersenandung, dari bilik sebuah rumah: Adakah jalan untuk minuman
memabukkan, Dan aku akan meminumnya Atau adakah jalan, Kepada Nashr bin
Hajjaj? Saat itu, dia berdiam lama, menghafal sebuah nama asing dalam
hatinya, Nashr bin Hajjaj. Selanjutnya patrolinya dilanjutkan, hingga waktu
fajar sebentar lagi menjemput.
Pagi harinya, dia mencari tahu nama yang
didapatinya tadi malam. Salah seorang pembantunya menghadapkan seorang
laki-laki dari suku Sulaym, Nashr bin Hajjaj. Berdiri tegap sang pemuda.
Dia memandangnya lekat. Pemuda yang menakjubkan, ketampanannya mempesona,
rambutnya indah. Dia mengingat syair wanita semalam. Akhirnya sang pemuda
diperintahkan untuk memotong rambut, ketika kembali, Nashr tampak lebih
tampan, dia pun menyuruhnya mengenakan ikat kepala, kali ini pun Nashr
terlihat lebih mempesona. Khawatir menimbulkan banyak fitnah dan
kemudharatan di tempat berdiamnya selama ini, Dia pun mengamanahkan Nashr
tugas mulia, menjadi anggota pasukan tentara dengan jaminan kehidupan yang
lebih baik. Wajah Sang pemuda pun berbunga.
Siapakah dia, yang sangat khawatir terjadi
kerusakan akhlak para wanita hingga memikirkan solusi terbaik dengan
memindahkan Nashr? Tebak, siapa pemimpin yang begitu tulus mencintai
rakyatnya dengan berjalan dari satu lorong ke lorong yang lain untuk
mencari tahu adakah rakyatnya yang tidak dapat tidur nyenyak? Ya, saya
sepakat denganmu sahabat, Dia adalah Umar Bin Khattab, khalifah kedua
bergelar amirul mu’minin, pemimpin bagi orang-orang mu’min. Begitu Mahsyur.
Suatu periode dalam kepemimpinan Umar,
terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat.
Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang
mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.
Putus asa mendera dimana-mana. Saat itu, Umar
sang pemimpin menampilkan kepribadian yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan
rakyat diperhatikannya seksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati.
Setiap hari diinstruksikan menyembelih onta-onta potong dan disebarkan
pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong ribuan rakyat datang
untuk makan. Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal.
Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “Ya Allah, jangan sampai umat
Muhammad menemui kehancuran ditangan ini”.
Sejarah menorehkan kisah Umar yang mengharamkan
daging, samin dan susu untuk perutnya, khawatir makanan untuk rakyatnya
berkurang. Ia, si pemberani itu hanya menyantap minyak zaitun dengan
sedikit roti. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia
berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun
perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian,
ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu,
dan kau akan tetap menjumpai minyak, hingga rakyatku bisa kenyang dan hidup
dengan wajar”.
Tahun abu pun berlalu. Daerah kekuasaan Islam
bertambah luas, pendapatan negara semakin besar. Masyarakat semakin makmur.
Apakah umar berhenti berpatroli? Masih dengan jubah kumal, umar didampingi
pembantunya berkeliling merambahi rumah-rumah berpelita. Kehidupan keluarga
umar, masih saja pas-pasan. Padahal para gubernur di beberapa daerah hidup
dalam kemewahan. Para sahabat, mulai berkasak-kusuk, mereka mengusulkan
untuk memberi tunjangan dan kenaikan gaji yang besar untuk Umar. Namun,
para sahabat tidak berani menyampaikan usul ini langsung kepada umar. Lewat
Hafsah putri Umar, yang juga janda Rasulullah, usul ini disampaikan.
Sebelumnya mereka berpesan supaya tidak disebut nama-nama mereka yang
mengusulkan.
“Siapa mereka yang mempunyai pikiran beracun
itu, akan ku datangi mereka satu persatu dan menamparnya dengan tanganku
ini,” berangnya kepada Hafsah. Selanjutnya tatapannya meredup,
dipandanginya putri kesayangan itu, “Anakku, makanan apa yang menjadi
santapan suamimu, Rasulullah?” Hafsah terdiam, pandangannya terpekur di
lantai tanah. Ingatan hidup indah bersama sang purnama Madinah, tergambar.
Terbata Hafsah menjawab, “Roti tawar yang keras, ayah. Roti yang harus
terlebih dahulu dicelup ke dalam air, agar mudah ditelan”.
“Hafsah, pakaian apa yang paling mewah dari
suamimu,” seraknya masih dengan nada kecewa. Hafsah semakin menunduk,
pelupuk mata sudah tergenang. Terbayanglah tegap manusia sempurna, yang
selalu berlaku baik kepada para istrinya. “Selembar jubah kemerahan, ayah,
karena warnanya memudar. Itulah yang dibangga-banggakan untuk menerima tamu
kehormatan”. Pada saat menjawab, kerongkongan Hafsah tersekat, menahan
kesedihan.
“Apakah, Rasulullah membaringkan tubuh diatas
tilam yang empuk?” pertanyaan ini langsung dipotong Hafsah “Tidakk!”
pekiknya. “Beliau berbantal pelepah keras kurma, beralaskan selimut tua.
Jika musim panas datang, selimut itu dilipatnya menjadi empat, supaya lebih
nyaman ditiduri. Lalu kala musim dingin menjelang, dilipatnya menjadi dua,
satu untuk alas dan bagian lainnya untuk penutup. Sebagian tubuh beliau
selalu berada diatas tanah”. Saat itu meledaklah tangis Hafsah.
Mendengar jawaban itu, Umar pun berkata,
“Anakku! Aku, Abu Bakar dan Rasulullah adalah tiga musafir yang menuju
cita-cita yang sama. Mengapakah jalan yang harus kutempuh berbeda? Musafir
pertama dan kedua telah tiba dengan jalan yang seperti ini.” Selanjutnya
Umar pun menambahkan “Rasulullah pernah berkata: Kita adalah kaum yang
menangguhkan kesenangan untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan
dunia seperti orang yang berpergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak
dibawah pohon, kemudian berangkat meninggalkannya”.
Pada saat kematian menjelang lewat tikaman pisau
Abu Lu’Lu’a, budak Mughira bin Syu’bah, ringan ia bertutur, “Alhamdulillah,
bahwa aku tidak dibunuh oleh seorang muslim”. Mata yang jarang terlelap
karena mengutamakan rakyatnya itu menutup untuk selama-lamanya. Umar pun
syahid, dalam usia 60 tahun. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raajiiun.
Khalifah Utsman bin Affan
(33-45 Hijriah/644-656 Masehi).
Menjelang wafat, Umar bin Khattab berpesan.
Selama tiga hari, imam masjid hendaknya diserahkan pada Suhaib Al-Rumi.
Namun pada hari keempat hendaknya telah dipilih seorang pemimpin
penggantinya. Umar memberikan enam nama. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib,
Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin
Auff dan Thalhah anak Ubaidillah.
Keenam orang itu berkumpul. Abdurrahman bin Auff
memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa dia antara mereka yang bersedia
mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga
orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk
menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka.
Namun pendapat masyarakat pun terbelah.
Imar anak Yasir mengusulkan Ali. Begitu pula
Mikdad. Sedangkan Abdullah anak Abu Sarah berkampanye keras buat Utsman.
Abdullah dulu masuk Islam, lalu balik menjadi kafir kembali sehingga
dijatuhi hukuman mati oleh Rasul. Atas jaminan Utsman hukuman tersebut
tidak dilaksanakan. Abdullah dan Utsman adalah "saudara susu".
Konon, sebagian besar warga memang cenderung
memilih Utsman. Saat itu, kehidupan ekonomi Madinah sangat baik. Perilaku
masyarakat pun bergeser. Mereka mulai enggan pada tokoh yang kesehariannya
sangat sederhana dan tegas seperti Abu Bakar atau Umar. Ali mempunyai
kepribadian yang serupa itu. Sedangkan Ustman adalah seorang yang sangat
kaya dan pemurah.
Abdurrahman -yang juga sangat kaya-- pun
memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah
ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana
Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing.
Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari
nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.
Maka jadilah Ustman khalifah tertua. Pada saat
diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Ia lahir di Thalif pada 576 Masehi
atau enam tahun lebih muda ketimbang Muhammad. Atas ajakan Abu Bakar,
Ustman masuk Islam. Rasulullah sangat menyayangi Ustman sehingga ia
dinikahkan dengan Ruqaya, putri Muhammad. Setelah Ruqayah meninggal,
Muhammad menikahkan kembali Ustman dengan putri lainnya, Ummu Khulthum.
Masyarakat mengenal Ustman sebagai dermawan.
Dalam ekspedisi Tabuk yang dipimpin oleh Rasul, Ustman menyerahkan 950 ekor
unta, 50 kuda dan uang tunai 1000 dinar. Artinya, sepertiga dari biaya
ekspedisi itu ia tanggung seorang diri. Pada masa pemerintahan Abu Bakar,
Ustman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk
membantu kaum miskin yang menderita di musim kering itu.
Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi.
Untuk pertama kalinya, Islam mempunyai armada laut yang tangguh. Muawiyah
bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon
membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakainya untuk mengembangkan
wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur.
Konstantinopel pun sempat dikepung.
Namun, Ustman mempunyai kekurangan yang serius.
Ia terlalu banyak mengangkat keluarganya menjadi pejabat pemerintah.
Posisi-posisi penting diserahkannya pada keluarga Umayah. Yang paling
kontroversial adalah pengangkatan Marwan bin Hakam sebagai sekretaris
negara. Banyak yang curiga, Marwan-lah yang sebenarnya memegang kendali
kekuasaan di masa Ustman.
Di masa itu, posisi Muawiyah anak Abu Sofyan
mulai menjulang menyingkirkan nama besar seperti Khalid bin Walid. Amr bin
Ash yang sukses menjadi Gubernur Mesir, diberhentikan diganti dengan
Abdullah bin Abu Sarah -keluarga yang paling aktif berkampanye untuk Ustman
dulu. Usman minta bantuan Amr kembali begitu Abdullah menghadapi kesulitan.
Setelah itu, ia mencopot lagi Amr dan memberikan kembali kursi pada
Abdullah.
Sebagai Gubernur Irak, Azerbaijan dan Armenia,
Ustman mengangkat saudaranya seibu, Walid bin Ukbah menggantikan tokoh
besar Saad bin Abi Waqas. Namun Walid tak mampu menjalankan pemerintahan
secara baik. Ketidakpuasan menjalar ke seluruh masyarakat. Bersamaan dengan
itu, muncul pula tokoh Abdullah bin Sabak. Dulu ia seorang Yahudi, dan kini
menjadi seorang muslim yang santun dan saleh. Ia memperoleh simpati dari
banyak orang.
Abdullah berpendapat bahwa yang paling berhak
menjadi pengganti Muhammd adalah Ali. Ia juga menyebut bakal adanya Imam
Mahdi yang akan muncul menyelamatkan umat di masa mendatang -sebuah konsep
mirip kebangkitan Nabi Isa yang dianut orang-orang Nasrani. Segera konsep
itu diterima masyarakat di wilayah bekas kekuasaan Persia, di Iran dan
Irak. Pengaruh Abdullah bin Sabak meluas. Ustman gagal mengatasi masalah
ini secara bijak. Abdullah bin Sabak diusir ke Mesir. Abu Dzar Al-Ghiffari,
tokoh yang sangat saleh dan dekat dengan Abdullah, diasingkan di luar kota
Madinah sampai meninggal.
Beberapa tokoh mendesak Ustman untuk mundur.
Namun Ustman menolak. Ali mengingatkan Ustman untuk kembali ke garis Abu
Bakar dan Umar. Ustman merasa tidak ada yang keliru dalam langkahnya. Malah
Marwan berdiri dan berseru siap mempertahankan kekhalifahan itu dengan
pedang. Situasai tambah panas. Pada bulan Zulkaedah 35 Hijriah atau 656
Masehi, 500 pasukan dari Mesir, 500 pasukan dari Basrah dan 500 pasukan
dari Kufah bergerak. Mereka berdalih hendak menunaikan ibadah haji, namun
ternyata mengepung Madinah.
Ketiganya bersatu mendesak Ustman yang ketika
itu telah berusia 82 tahun untuk mundur. Dari Mesir mencalonkan Ali, dari
Basrah mendukung Thalhah dan dari Kufah memilih Zubair untuk menjadi khalifah
pengganti. Ketiganya menolak, dan malah melindungi Ustman dan membujuk para
prajurit tersebut untuk pulang. Namun mereka menolak dan malah mengepung
Madinah selama 40 hari. Suatu malam mereka malah masuk untuk menguasai
Madinah. Ustman yang berkhutbah mengecam tindakan mereka, dilempari hingga
pingsan.
Ustman membujuk Ali agar meyakinkan para
pemberontak. Ali melakukannya asal Ustman tak lagi menuruti kata-kata
Marwan. Ustman bersedia. Atas saran Ali, para pemberontak itu pulang. Namun
tiba-tiba Ustman, atas saran Marwan, menjabut janjinya itu. Massa
marah.Pemberontak balik ke Madinah. M
Muhammad anak Abu Bakar siap mengayunkan pedang.
Namun tak jadi melakukannya setelah ditegur Ustman. Al Ghafiki
menghantamkan besi ke kepala Ustman, sebelum Sudan anak Hamran menusukkan
pedang. Pada tanggal 8 Zulhijah 35 Hijriah, Ustman menghembuskan nafas
terakhirnya sambil memeluk Quran yang dibacanya. Sejak itu, kekuasaan Islam
semakin sering diwarnai oleh tetesan darah.
Ustman juga membuat langkah penting bagi umat.
Ia memperlebar bangunan Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Al-Haram di
Mekah. Ia juga menyelesaikan pengumpulan naskah Quran yang telah dirintis
oleh kedua pendahulunya. Ia menunjuk empat pencatat Quran, Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits, untuk
memimpin sekelompok juru tulis. Kertas didatangkan dari Mesir dan Syria.
Tujuh Quran ditulisnya, Masing-masing dikirim ke Mekah, Damaskus, San'a,
Bahrain, Basrah, Kufah dan Madinah.
Di masa Ustman, ekspedisi damai ke Tiongkok
dilakukan. Saad bin Abi Waqqas bertemu dengan Kaisar Chiu Tang Su dan
sempat bermukim di Kanton.
Kisah Tauladan Utsman Bin Affan
Kisah Tauladan Utsman Bin Affan- Banyak
kisah-kisah para sahabat Rasul yang bisa kita jadikan teladan seperti Ali
bin Abi Thalib, Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Utsman bin
Affan. Kali ini aku mau menulis ulang kisah tauladan Khalifah Utsman Bin
Affan yang berasal dari kisahmuslim.com yang berisi tentang kedermawanan,
kesabaran, keteguhan hati dan yang terpenting adalah kecintaan beliau
terhadap Islam. Semoga dapat bermanfaat dan berguna untuk kita semua.
Utsman bin Affan Khalifah yang Terzalimi
utsman-bin-affan
Beliau adalah Abu Abdillah Utsman bin Affan bin
al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf. Nasab beliau bertemu
dengan nasab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakek keempat yaitu
Abdu Manaf, di masa jahiliah beliau dipanggil Abu Amr namun tatkala dari
istri beliau yaitu Ruqayyah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terlahir
seorang laki-laki yang diberi nama Abdullah lalu beliau berganti menjadi
Abu Abdillah, dan beliau masyhur dengan julukan dzu nurain (pemilik dua
cahaya).
Di masa jahiliyah Utsman bin Affan adalah
seorang yang terpandang dan dimuliakan oleh kaumnya. Beliau dikenal sebagai
seorang yang sangat pemalu, hartawan, dan pemilik petuah yang didengar.
Karena itulah ia sangat dicintai dan dimuliakan oleh kaumnya. Ia tidak
pernah sujud kepada sebuah patung pun, tidak pula berbuat keji, tidak
pernah meminum khamar baik sebelum maupun setelah Islam. Utsman bercerita,
“Aku tidak pernah bernyanyi, tidak pula panjang angan-angan, aku pun tidak
pernah menyentuh dzakarku dengan tangan kananku setelah aku gunakan tangan
itu untuk membai’at Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, aku tidak
pernah minum khamar di masa jahiliah maupun setelah Islam.”
Keutamaan Utsman bin Affan
Beliau termasuk as-sabiqun al-awwalun
(orang-orang yang pertama menyambut dakwah Islam). Beliau mengikrarkan diri
sebagai seorang muslim berkat dakwah Abu Bakr Ash-Shidddiq pada umur 34
tahun. Di saat kaumnya menolak dan mengingkari seruan dakwah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ia justru membentangkan tangan, membuka hati,
dan meyakini tanpa keraguan. Tatkala seruan hijrah dikumandangkan beliau adalah
termasuk seorang yang tampil melaksanakan perintah sehingga beliau dua kali
berhijrah, ke negeri Habasyah dan Madinah.
Keunggulan sahabat Utsman semakin tampak pada
beberapa keadaan penting di masa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam
yang saat itulah figur Utsman dikenal sebagai salah satu sahabat yang tidak
disebut melainkan kebaikan. Di saat musim paceklik panjang, kemiskinan dan
kefakiran menjadi bagian bagi setiap kaum muslimin. Di saat itu pula
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerukan seruan jihad dan beliau
tengah menyiapkan pasukan besar untuk diberangkatkan dalam Perang Tabuk
melawan pasukan Romawi. Pasukan itu disebut jaisyul ‘usroh karena sulitnya
kondisi materi para sahabat pada saat itu. Namun, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tetap mendorong para sahabatnya untuk berinfak dan
bersedekah dalam rangka menyiapkan pasukan besar tersebut. Hingga Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Barang siapa yang menyiapkan jaisyul usyroh,
maka baginya surga.”
Tiba-tiba datanglah seorang saudagar kaya yang
dermawan dialah Utsman bin Affan membawa kepingan-kepingan dinar berjumlah
1000 dinar lalu diberikan di hadapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam. Sambil memeganginya keluarlah ucapan yang masyhur dari bibir Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang mulia,
“Tidaklah memudharatkan Utsman apa yang ia
lakukan setelah ini.”
Dan juga pada saat jumlah kaum muslimin semakin
bertambah dan Masjid Nabawi serasa tidak dapat lagi menampung jamaah, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa membeli lokasi milik keluarga
fulan lalu menambahkan untuk perluasan masjid dengan kebaikan maka ia kelak
di surga.” Lalu Utsman membelinya dari kantong uang miliknya lalu tanah itu
diwakafkan untuk masjid.
Demikian juga tatkala Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah maka tidak dijumpai air tawar kecuali
dari sumur rumah. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa membeli sumur dan menjadikan
gayung miliknya bersama dengan gayung milik kaum muslimin maka kelak ia di
surga.” Mendengar ucapan tersebut Utsman pun segera membelinya.
Kemudian satu hal yang tidak boleh dilupakan –
yang menambah kemuliaan sahabat Utsman, beliau adalah seorang mu’alim yang
cinta kepada Alquran. Kecintaannya terhadap Alquran telah membuahkan hasil
yang senantiasa dikenang hingga hari kiamat, peristiwa pengumpulan Alquran
dan penyeragaman bacaan adalah bukti nyata bagi seorang yang mau
merenunginya. Beliaulah sahabat yang telah meriwayatkan sabda Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari
Alquran dan mengajarkannya.”
Dan suatu hari Utsman memanggil orang-orang,
lalu berwudhu di hadapan mereka, kemudian beliau mengatakan, “Barang siapa
yang berwudhu semisal wudhuku ini lalu shalat dua rakaat dan tidak
berbincang-bincang di dalamnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Beliau juga sering memperingatkan manusia dari
bahaya dusta atas nama agama, dari beliaulah diriwayatkan sabda Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang berdusta atas namaku
dengan sengaja maka silakan mengambil tempat duduk di neraka.”
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan beliau
yang lain, namun tidak ada yang lebih menggembirakan dari itu semua
dibandingkan persaksian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallambahwa Utsman
adalah min ahlil jannah (salah satu penghuni surga).
Dari Abu Musa al-Asy’ari beliau berkata, “Suatu
hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan beliau
memerintahku untuk menjaga pintu kebun tersebut, maka datanglah seorang
laki-laki meminta izin untuk masuk maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan, ‘Izinkanlah ia masuk dan berikan kabar gembira kepadanya berupa
surga.’ Ternyata ia adalah Abu Bakr. Lalu datang seorang laki-laki yang
lain dan meinta izin untuk masuk, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallammengatakan, ‘Izinkanlah ia masuk dan berikan kabar gembira kepadanya
berupa surga.’ Ternyata dia adalah Umar. Kemudian datang lagi seorang yang
lain meminta izin untuk masuk, namun sejenak Nabishallallahu ‘alaihi wa
sallam terdiam, lalu beliau mengatakan, ‘Izinkanlah ia masuk dan berikan
kabar gembira kepadanya berupa surga atas bala yang akan menimpanya.’
Ternyata dia adalah Utsman bin Affan.”
Ishaq bin Rahawaih mengatakan, “Tidak ada
seorang pun sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam orang yang
paling baik di muka bumi ini kecuali Abu Bakr, dan tidak ada orang yang
lebih baik sepeninggalnya kecuali Umar, dan tidak ada orang yang lebih baik
sepeninggalnya kecuali Utsman, serta tidak ada orang yang lebih baik dan
lebih mulia sepeninggalnya kecuali Ali.”
Gelombang Fitnah
Merupakan mukjizat kenabian, apa yang disabdakan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti terjadi. Abu Hurairah telah
meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya kalian akan menjumpai setelahku
fitnah dan perselisihan atau perselisihan dan fitnah.”Maka berkata salah
seorang, “Lalu kepada siapa kami akan memihak?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Berpegangteguhlah kalian kepada al-Amiin ini dan
sahabat-sahabatnya.” Lalu beliau mengisyaratkan kepada Utsman.”
Maka atas apa yang telah dikabarkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Utsman pun mengetahui bahwa
kelak ia akan dibunuh secara zalim, dan orang-orang yang keluar darinya
akan menghalalkan darahnya adalah orang-orang munafik. Apa yang disabdakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar terjadi, setelah
beliau diangkat menjadi Khalifah kaum muslimin yang sah, beliau banyak
menuai protes, banyak menerima kritikan dan tuduhan dari para pemberontak.
Api itu makin menghalalkan darah Utsman. Di antara tuduhan-tuduhan keji
mereka:
Pertama: mereka menuduh Utsman tidak berlaku
adil dalam pengangkatan para pejabatnya karena ia mengutamakan keluarganya
dan mencopot jabatan sebagian sahabat kibar (senior), serta menggantinya
dengan orang-orang yang lebih muda umurnya.
Jawaban atas tuduhan tersebut:
Adapun penggantian jabatan dari sahabat senior
kepada para pemuda, maka sungguh bagi beliau terdapat panutan yang baik
sebelumnya. Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah
menyiapkan pasukan besar untuk memerangi Romawi lalu beliau menunjuk
panglimanya adalah Usamah bin Zaid yang tatkala itu masih berusia belia,
sedang di belakangnya banyak para sahabat senior seperti Abu Bakr dan
Umar…?? dan sebelum pasukan besar tersebut diberangkatkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam terlebih dahulu meninggal dunia. Apa reaksi
manusia tatkala itu, mereka datang kepada Umar untuk membujuk Abu bakar,
agar ia mencopot jabatan Usamah bin Zaid sebagai panglima, maka sahabat Abu
Bakr marah besar dan mengatakan kepada Umar, “Wahai Umar, ia adalah orang
yang telah diangkat langsung oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu engkau memintaku untuk mencopotnya?!!”
Al-Imad Ibnu Katsir mengatakan, “Utsman adalah
seorang yang berakhlak mulia, sangat pemalu, dan dermawan. Beliau sering
mendahulukan keluarga dan kerabat-kerabatnya karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam rangka untuk ta’liful qulub (melunakkan hati), untuk suatu
tujuan yang kekal melalui perkara-perkara dunia yang fana sebagaimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah memberi suatu kaum dan
tidak memberikan kepada kaum yang lain untuk suatu tujuan agar mereka
mendapat hidayah dan iman, dan sungguh untuk tujuan ini suatu kaum
memahaminya, tidak sebagaimana kaum Khawarij telah melakukan protes atas
apa yang diperbuat oleh Rasulullahshalallahu ‘alaihi wa sallam.”
Kedua: beliau dituduh telah membuat perkara baru
yang tidak ada contoh sebelumnya seperti pengumpulan ayat-ayat Alquran
dalam sebuah mushaf, beliau tidak meng-qashar shalat tatkala di Mina, dan
beliau menambahkan adzan menjadi dua kali pada hari Jumat.
Jawaban atas tuduhan tersebut:
Adapun beliau membakar seluruh mushaf dan
menjadikan satu mushaf saja yang disepakati maka justru para ulama
memandang hal itu adalah perbuatan mulia yang menjadikan kemuliaan bagi
sahabat Utsman, karena berarti beliau telah memupus benih-benih perpecahan
di tubuh kaum muslimin perihal bacaan kitab suci mereka. Lihatlah apa
tindakan Abu Hurairah setelah Utsman melakukan apa yang beliau lakukan
terhadap Alquran lalu sahabat Abu Hurairah menemuinya seraya mengatakan,
“Sungguh engkau telah benar dan mencocoki kebenaran.”
Adapun tatkala di Mina beliau shalat sempurna
dan tidak meng-qashar, maka beliau menjawab sendiri tuduhan tersebut,
“Ketahuilah, yang demikian adalah karena aku mendatangi suatu negeri yang
di dalamnya terdapat keluargaku, sehingga aku menyempurnakannya karena dua
asalan bermukin dan menjenguk keluarga.”
Dan Al-Hafizh telah menukil dari Al-Iman
az-Zuhri beliau mengatakan, “Utsman shalat sempurna di Mina empat rakaat
karena orang badui (Arab pegunungan) di tahun itu sangatlah banyak, maka
Utsman hendak mengajari mereka bahwa shalat (zhuhur dan Ashar) adalah empat
rakaat.”
Adapun tentang beliau menambahkan adzan sebelum
Jumat karena beliau memandang terdapat maslahat yang menuntut akan hal
tersebur, karena kota Madinah semakin luas dan orang-orang semakin banyak
sehingga adzan tersebut adalah tanda bahwa shalat Jumat akan segera
ditegakkan.
Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Saib bin
Yazid bahwa Utsman menambahkan adzan kedua pada masanya karena tatkala itu
manusia yang tinggal di Madinah sudah sangatlah banyak. Dan seandainya
perbuatan itu munkar maka pasti akan diingkari oleh para sahabat senior
yang tatkala itu masih hidup. Kalau demikian keadaannya, maka hal itu
merupakan salah satu sunah khulafaur rasyidin dan sunah mereka adalah
termasuk sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kita diperintah
untuk berpegang teguh dengannya.
Ketiga: Beliau dicela karena beberapa tindakan
di antaranya karena beliau telah absen dalam Perang Badar, dan ketika
Perang Uhud beliau termasuk orang-orang yang ikut lari ke belakang dan
beliau tidak ikut dalam Bai’at Ridhwan. Sahabat Abdullah bin Umar telah
menjawab tuduhan-tuduhan tersebut sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh
Al-Imam Al-Bukhari:
Seorang laki-laki datang dari Mesir untuk
berhaji, lalu ia melihat suatu kaum tengah duduk-duduk. Ia bertanya, “Siapa
mereka?” Lalu dijawab, “Mereka adalah orang-orang Quraisy.” Ia berkata,
“Siapa syaikh mereka?” Mereka menjawab, “Abdullah bin Umar.” Lalu ia
bertanya, “Wahai Abdullah bin Umar, aku akan menanyakan beberapa hal
kepadamu. Apakah engkau tahu bahwa Utsman telah lari dalam Perang Uhud?”
Beliau menjawab, “Benar.” Ia melanjutkan, “Apakah engkau tahu bahwa ia juga
telah absen dari Perang Badar?” Beliau menjawab, “Benar.” Ia bertanya lagi,
“Apakah engkau tahu bahwa ia juga telah absen dalam Bai’at Ridhwan?” Beliau
menjawab, “Benar.” Lalu laki-laki itu mengatakan, “Allahu Akbar!!”
Ibnu Umar mengatakan, “Kemarilah, aku akan
jelaskan kepadamu. Adapun Utsman telah lari dalam Perang Uhud maka aku
bersaksi bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memaafkannya, karena
AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di
antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan
oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di
masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”(Q.S. Ali-Imran:
155)
Adapun beliau absen dalam Perang Badar karena
tatkala istri beliau yaitu putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sedang sakit keras, sehingga ia diizinkan untuk tidak hadir dalam
peperangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepadanya,
“Sesungguhnya bagimu seperti pahalanya orang yang ikut menyaksikan Perang
Badar.” Dan mengenai absennya beliau dalam Bai’at Ridhwan karena seandainya
ada orang yang lebih mulia dari Utsman di Mekah maka Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam akan mengutusnya ke Mekah, maka tatkala Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya, beliau mengatakan ini adalah
bai’atnya Utsman.” Setelah itu Ibnu Umar mengatakan kepada laki-laki
tersebut, “Sekarang pergilah engkau.”
Wafatnya Utsman bin Affan Khalifah
Tatkala syubhat-syubhat – yang hakikatnya lemah
tersebut – tidak dapat terbendung maka api kebencian telah menyulut pada
hati-hati para pemberontak. Akhirnya, mereka datang ke Madinah dan
mengepung rumah Utsman. Mereka meminta agar Utsman meninggalkan
kekhalifahannya atau mereka akan membunuhnya.
Namun, Ibnu Umar segera masuk menemui Utsman dan
mendorongnya agar ia jangan sampai menanggalkan kekhalifahannya karena
berarti itu telah membuat sunah yang jelek, sehingga setiap kali manusia
tidak menyenangi pemimpinnya, maka mereka akan mencopot paksa kepemimpinan
tersebut. Utsman pun menyadari bahwa inilah fitnah yang sejak jauh-jauh
hari telah diberitakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena
itu, Utsman hanya bisa bersabar dan menyerahkan urusannya kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Akhirnya, orang-orang Khawarij tersebut memanjat
rumah Utsman, lalu pedang-pedang mereka mengalirkan darah Utsman yang suci
sedang beliau tengah berpuasa dan membaca kitabullah, hingga tetesan darah
pertama tatkala membaca,
“Maka
Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 137)
Di malam hari sebelum Utsman meninggal dunia, ia
bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau
mengatakan, “Wahai Utsman, berbukalah bersama kami.” Dan tatkala shubuh ia
berpuasa dan meninggal dunia di hari itu juga.
Mutiara Teladan
Beberapa pelajaran berharga di antaranya:
Aksi demonstrasi dan protes adalah buah teladan
dari kaum Khawarij, dengan berpijak pada syubhat-syubhat yang lemah mereka
menghalalkan yang haram. Pada hakikatnya mereka adalah orang-orang yang
senang membuat kerusakan di muka bumi.
Merupakan kewajiban seorang mukmin tatkala
menerima berita hendaklah untuk tasabbut (mencari kebenaran berita)
terlebih dahulu, jangan langsung asal percaya. Terlebih lagi kalau berita
itu datang dari orang-orang fasik yang tidak menjaga muru’ah. Alquran
mengajari kita berhati-hati dalam menerima berita-berita yang belum jelas
sumbernya apalagi yang menyangkut kehormatan kaum muslimin.
Figur Utsman Bin Affan adalah teladan bagi kita
dalam membelanjakan harta yang telah diberikan AllahSubhanahu wa Ta’ala.
Maka hendaknya para saudagar kaya, para konglomerat, sadar bahwa harta akan
bermanfaat baginya bila digunakan untuk menunjang kehidupan akhirat yang
kekal.
sumber :
http://kisahmuslim.com/utsman-bin-affan-khalifah-yang-terzalimi/
Perang Salib
(1095- 1291)
Raja Inggris, Richard si Hati Singa, tengah
menggigil demam di tendanya. Ambisinya untuk segera menghancurkan pasukan
Islam harus ia tunda. Tentara harus ia istirahatkan. Kini ia menunggu
kedatangan seorang tabib. Tabib itu ternyata adalah musuh besarnya,
Salahuddin Al-Ayyubi, panglima besar pihak Islam yang dengan berani
menyusup ke tenda lawan. Secara moral, Salahuddin telah memenangkan
pertarungan.
Kisah tersebut sering dituturkan, dan menjadi
salah satu cerita paling menarik dalam peristiwa Perang Salib. Peristiwa
perang antar agama ini bermula dari sukses misi kecil militer Alp Arselan
-pemimpin Seljuk yang menjadi panglima perang Daulat Abbasiyah. Sekitar
15.000 tentaranya berhasil mengalahkan pasukan gabungan Romawi, Perancis,
Armenia, Ghuz, Akraj, Hajr dalam pertempuran di Manzikart 464 Hijriah (1071
Masehi).
Tentara Baghdad, sepeninggal Arselan, malah
merebut Yerusalem pada 471 Hijriah atau sekitar 1078 Masehi. Sebelum itu,
Yerusalem dikuasai oleh Kekhalifahan Fathimiyah -dinasti beraliran Syi'ah
yang berpusat di Kairo - Mesir. Fathimiyah memberi keleluaasan bagi
orang-orang Nasrani untuk berkunjung ke kota suci Yerusalem. Abbasiyah di
Baghdad membuat ketentuan baru yang mempersulit kunjungan tersebut.
Pada 1095 Masehi, pemimpin tertinggi Katolik
Paus Urbanus II menyeru seluruh masyarakat Kristen di Eropa agar melakukan
Perang Suci. Seruan tersebut segera disambut oleh para raja. Musim semi
1095 Masehi -demikian tulis Badri Yatim di "Sejarah Peradaban
Islam"-150 ribu pasukan, terutama dari Perancis dan Norman, bergerak
ke Konstantinopel dan kemudian Yerusalem.
Nicea dan Edessa berhasil mereka rebut pada 18
Juni 1097 dan 1098. Mereka kemudian merebut Antiokia. Baitul Maqdis atau
Yerusalem bahkan jatuh pada 15 Juli 1099. Yerusalem bahkan dijadikan
ibukota kerajaan baru. Godfrey diangkat sebagai raja. Kota-kota penting di
pantai Laut Tengah seperti Tyre, Tripoli dan Akka juga berhasil dikuasai
Pasukan Salib.
Hampir setengah abad wilayah Yerusalem dan laut
Tengah itu penuh dalam kekuasaan Kristen. Namun, pada 1144, ketenangan itu
terusik. Penguasa Mosul dan Irak, Imaduddin Zanki dan anaknya, Nuruddin
Zanki merebut wilayah Aleppo dan Edessa. Pada 1151, seluruh kawasan di
Edessa berhasil mereka kuasai. Ini mendorong Paus Eugenius III kembali
menyerukan perang suci. Raja Perancis Louis III dan Raja Jerman Condrad III
memimpin pasukan menggempur kekuatan Islam. Namun mereka kalah, dan
terpaksa mundur.
Salahuddin Al-Ayyubi, panglima yang memegang
kendali pasukan setelah Nuruddin wafat, malah mencatat sukses besar. Ia
mendirikan kekhalifahan Ayyubiyah di Mesir menggantikan kekuasan
Fathimiyah. Pada 1187, ia berhasil merebut Yerusalem dan mengakhiri kekuasaan
kaum Nasrani di sana selama 88 tahun. Pasukannya juga harus berhadapan
dengan kekuatan paling besar yang dikomandoi Raja Inggris Richard, Raja
Perancis Philip Augustus serta Raja Jerman Frederick Barbarosa.
Pada 2 Nopember 1192, Salahuddin -tokoh terbesar
Kurdi (bangsa yang sekarang terbelah di tanah yang menjadi wilayah Irak,
Syria, Turki dan Iran)-menandatangani perjanjian dengan musuhnya. Ia akan
memberi kemudahan kaum Nasrani berkunjung ke Yerusalem. Namun pihak
Kristen, yang dikomandoi Raja Jerman Frederick II, kemudian mengincar
kembali Yerusalem. Mereka berhasil merebut wilayah Dimyar, pada 1219.
Pengganti Salahuddin, Malik al-Kamil, kemudian menukar Dimyar dengan
Yerusalem.
Kalangan Nasrani sempat menguasai kembali Baitul
Maqdis sekitar seperempat abad. Namun, angin kembali berubah. Di Mesir,
kekuasaan kekhalifahan Ayyubiyah diakhiri oleh dinasti Mamluk. Malik
al-Shalih, pemimpin Mamluk merebut kembali Baitul Maqdis, pada 1247.
Setelah itu, perang Islam-Kristen masih terus terjadi sampai kota Akka
direbut lagi pihak Islam pada 1291.
Perang Salib telah mengantarkan orang-orang
Eropa dalam jumlah besar untuk berinteraksi dengan masyarakat Islam.
Interaksi tersebut membuat mereka banyak mengadopsi peradaban dari kalangan
muslim.'Bath-up' yang menjadi tempat mandi masyarakat Barat sekarang ini,
kabarnya diadopsi dari bejana tempat berwudhu orng-orang Turki muslim.
Namun Perang Salib juga melahirkan provokasi kebencian terhadap Islam di
lingkungan masyarakat Barat.
Prahara Timur Lenk
(1336-1404)
Namanya Timur Lenk. Si Timur Pincang. Ia anak
Taragai, Kepala Suku Barlas di wilayah Uzbekistan kini. Sang ayah kabarnya
keturunan Karachar Noyan -menteri dan kerabat Jagatai, anak Jenghis Khan.
Namun Timur Lenk sendiri sering disebut sebagai keturunan Jenghis Khan.
Secara resmi keturunan Mongol ini telah memeluk
Islam. Diperkirakan ia lahir pada 25 Sya'ban 736 Hijriah, atau 8 April 1336
Masehi. Sejak kecil, keberaniannya nampak luar biasa. Pada usia 12 tahun,
ia telah terlibat dalam sejumlah pertempuran. Ketika ayahnya wafat, Timur
bergabung dengan pasukan Gubernur Tansoxiana, Amir Qaghazan, sampai
gubernur itu meninggal.
Serbuan pasukan Tughluq Temur Khan melambungkan
nama Timur Lenk. Ia bertempur sampai mengundang perhatian Tughluq. Ia
direkrut Tughluq menjadi pasukannya, namun kemudian memberontak setelah
Tugluq mengangkat anaknya, Ilyas Khoja sebagai Gubernur Samarkand dan hanya
menjadikan Timur sebagai wazir.
Timur bergabung dengan Amir Husain -cucu
Qaghazan. Tughulq dan Ilyas Khoja tewas dalam pertempuran. Kemudian Timur
malah membunuh Amir Husain yang juga iparnya sendiri. Pada 10 April 1370,
ia mengangkat dirinya sebagai penguasa tunggal. "Sebagaimana hanya ada
satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya hanya ada satu raja."
Demikian semboyannya. Sejak itu, Timur menebar maut sebagaimana dilakukan Hulagu
seabad sebelumnya.
Khurasan, Afghan, Persia , Kurdistan
dikuasainya. Di Sabwazar, Afghanistan, ia membangun menara terbuat dari
2000 mayat dibalut dengan lumpur. Pada 1395, ia menyerbu Moskow. Lalu balik
lagi ke Timur ke India -tempat ia konon membantai 80 ribu tawanannya.
Kebiadaban terus ditebarkan. Pusat-pusat peradaban Islam dihancurkannya
kecuali Samarkand. Di tempat ini, ia malah membangun kota dengan
mendatangkan batu dari Delhi, India, dengan diangkut oleh gajah.
Di Aleppo, Syria, Timur Lenk membangun piramida
dari sekitar 20 ribu kepala manusia. Di Baghdad, sebanyak itu pula penduduk
yang dibantainya. Di Armenia, 4000 tentara musuh dikubur hidup-hidup.
Sekolah dan masjid-masjid di sekitar Irak dihancurkan. Masjid Umayah di
Damaskus dihancurkannya sehingga tinggal dinding. Tak terhitung lagi jumlah
korban Timur Lenk.
Timur juga menggempur dua kesultanan penting.
Yakni kesultanan Usmani di Turki serta Mamluk di Mesir. Dalam pertempuran
melawan Timur Lenk, Usmani dipimpin sendiri oleh Sultan Bayazid I. Erthugul,
anak Bayazid, tewas. Dalam pertempuran berikutnya, perang di Ankara 1404,
Bayazid bahkan tertawan dan meninggal sebagai tawanan. Di Takrit -kota
kelahiran Salahuddin Al-Ayyubi-Timur Lenk juga membangun piramida manusia.
Dinasti Mamluk di Mesir tak luput dari
ancamannya. Apalagi Sultan Malik Zahir Barquq melindungi penguasa Baghdad
yang melarikan diri, Sultan Ahmad Jalair. Namun, seperti menghadapi Hulagu
sebelumnya, Mesir akhirnya luput dari serangan Timur. Serangan Timur Lenk
benar-benar menghancurkan peradaban Islam. Praktis hanya Mesir yang
selamat. Baghdad yang belum pulih akibat serangan Hulagu Khan dulu, kini
remuk kembali.
Tak puas menjarah ke Barat, Timur Lenk kemudian
mengincar Cina di timur. Padahal saat itu, ia telah berusia 71 tahun. Saat
hendak melakukan invasi itu, Timur Lenk sakit dan meninggal pada 1404. Dua
orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan Khalil bertempur hebat memperebutkan
kursi sang ayah. Khalil (1404-1404) menang, namun dikudeta oleh saudaranya
yang lain, Syakh Rukh (1405-1447). Syakh Rukh dan anaknya, Ulugh Bey
(1447-1449) memimpin negaranya dengan baik. Ilmu pengetahuan kembali
berkembang. Namun tidak lama. Pada 1469, kekuasaan keluarga Timur Lenk itu
ambruk.
Timur adalah salah seorang pemimpin paling
brutal dalam sejarah. Sepak terjangnya menghancurkan masyarakat Islam
habis-habisan. Namun, ironisnya, Timur Lenk adalah seorang muslim.
Kabarnya, ia berpaham Syi'ah namun dekat dengan tarekat Naqsabandiyah.
Dalam kehidupan sehari-hari, ia seperti menghormati para ulama. Dikabarkan
ia dengan sangat hormat menerima sejarawan besar Ibnu Khaldun yang ditugasi
Sultan Faraj untuk berunding.
Apapun, noda hitam telah terlalu banyak
ditorehkan Timur Lenk. Terlalu banyak merah darah yang telah
dibanjirkannya.n
Serbuan Hulagu Khan
Baghdad 1258. Tepian sungai Tigris itu
menampakkan pemandangan ganjil. Dari dataran sekelilingnya, kecemerlangan
kota tampak jelas. Gedung-gedung megah bertaburan tertata secara rapi. Saat
itu, hampir tidak ada kota di dunia segemerlap Baghdad. Namun ribuan tenda
mendadak bermunculan di luar kota. Itulah tenda pemimpin Mongol, Hulagu
Khan, beserta 200-an ribu pasukannya.
Sejarah mencatat, Khalifah Al-Mu'tashim dan para
pembesar Kekhalifahan Abbasiyah dengan senang hati menemui Hulagu. Ia
membawa berbagai macam hadiah. Hulagu menerima mereka dengan dingin. Ia
memenggal kepala khalifah dan seluruh pengikutnya satu per satu. Hulagu
kemudian memerintahkan pasukannya untuk meratakan Baghdad dengan tanah.
Bukan hanya istana dan gedung-gedung kerajaan saja. Namun juga rumah
penduduk, masjid, serta madrasah, universitas dan perpustakaan.
Kemegahan Baghdad habis tanpa bekas. Seluruh
warga tewas dibantai, kecuali yang sempat lari menyelamatkan diri.
Peristiwa ini merupakan salah satu penghancuran terbesar kebudayaan
masyarakat Islam yang telah berkembang selama lebih 6 (enam) abad.
Hulagu tetap tinggal di tendanya. Ia sepenuhnya
mewakili karakter masyarakatnya, bangsa Mongol, saat itu yang sangat
sederhana namun brutal. Mulanya bangsa itu adalah kelompok-kelompok kecil
pemburu dan penggembala di padang stepa di utara Cina hingga Siberia.
Mereka mempercayai sebagai keturunan Alanja Khan yang mempunyai dua anak
kembar, Tatar dan Mongol.
Adalah Yasugi Bahadur Khan yang diyakini sebagai
pemersatu kelompok-kelompok Mongol. Setelah meninggal, kepemimpinan
dilanjutkan oleh anaknya, Temujin yang berusia 13 tahun. Pada 1206, Temujin
mendapat gelar Jenghis Khan. Ia membangun pasukan laki-laki dan pertempuan
dalam kelompok 10, 200, serta 1.000 orang yang masing-masing dipimpin oleh
seorang komandan.
Dengan pasukannya itu, ia menaklukkan Cina dan
menguasai sepenuhnya Asia Tengah. Kota-kota indah seperti Samarkand,
Bukhara dihancurkan sama sekali. Penduduk dibantai habis-habisan. Sultan
Ala Al-Din mencoba menghadang gerak pasukan itu di Bukhara. Ia tewas dalam
pertempuran. Jalal Al-Din, anaknya, terpaksa lari ke India.
Jenghis Khan mewariskan semangat berpetualang
dan kebrutalan itu pada anak cucunya. Keempat anaknya, Juchi, Chagatai,
Ogotai dan Tuli melanjutkan petualangan tersebut, menjarah wilayah-wilayah
Islam. Salah seorang cucu Jenghis, kemudian malah membangun armada laut
yang melakukan ekspedisi militer hingga wilayah Nusantara, sehingga
melahirkan insiden Tarik - Jawa Timur, yang melahirkan kerajaan Majapahit.
Chagatai menguasai wikayah Ferghana hingga
Azerbaijan. Saudaranya, Tuli menduduki Khurasan. Saat itu, kerajaan Islam
terpecah belah dan tak mempunyai kekuatan berarti. Sangat mudah bagi
pasukan Mongol -yang menghormat matahari terbit-untuk menaklukkan mereka.
Sebelum meninggal pada 1256, Tuli sudah menguasai sebagian wilayah Irak.
Hulagu tinggal melanjutkannya untuk menaklukkan Baghdad.
Damaskus, Yordania, Nablus dan Gaza dengan mudah
dikuasai pasukan Hulagu. Mereka mengincar Mesir yang dikuasai kesultanan
Mamluk. Panglima Kitbugha mengirim utusan ke Mesir yang meminta Sultan
Qutuz menyerah. Utusan Qitbhuga malah dibunuh. Di 'Ain Jalut, Sultan Qutuz
bersama panglima Baybars memimpin sendiri pasukannya bertempur melawan
pasukan Hulagu. Untuk pertama kalinya, pasukan Mongol dapat ditaklukkan.
Kekuasaan Mongol dilanjutkan oleh anak cucu
Hulagu, yang dikenal dengan sebutan dinasti Ilkhan. Abaga, anak Hulagu,
memeluk Krtisten. Penggantinya, Ahmad Teguder (1282-1284) masuk Islam,
namun dibunuh oleh Arghun, raja keempat yang bertindak kejam terhadap
orang-orang Islam. Posisi umat Islam membaik di masa raja ke tujuh Ikhan,
Mahmud Ghazan (1295-1304). Ia sempat menganut ajaran Budha sebelum beralih
ke Islam.
Ghazan tertarik pada masalah peradaban. Ia
membangun perguruan tinggi untuk mazhab Syafii serta Hanafi, observatorium,
perpustakaan, bahkan juga padepokan atau semacam biara buat kaum sufi. Ia
meninggal dalam usia 32 tahun, dan digantikan Muhammad Khudabanda Uljeitu
(1304-1317), seorang penganut Syi'ah garis keras. Sultan terakhir dari
Dinasti Ilkhan adalah Abu Sa'id (1317-1335). Kekuasaannya hancur setelah
terjadi bencana kelaparan hebat akibat serangan badai dan hujan es.
Kekuasaan pun terpecah belah, sampai kemudian dihancurkan oleh Timur Lenk,
penakluk brutal lainnya yang juga keturunan Mongol.
Serbuan Jenghis Khan hingga Hulagu Khan
benar-benar membuat masyarakat Islam harus membangun kehidupan baru dari
tingkat yang paling dasar. Tidak ada lagi wujud peradaban yang tersisa dari
wilayah Asia Tengah, Selatan hingga Timur Tengah. Syukurlah, Dinasti Mamluk
mampu mempertahankan wiyah Mesir. Dari Mesirlah, kemudian peradaban Islam
dibangun kembali.
|