I. Pendahuluan
Berbicara
tentang filsafat, kita harus tahu terlebih dahulu apa arti filsafat itu
sendiri. Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani:
philoshophia yang banyak diperoleh pengertian-pengertian, baik secara
harfiah atau etimologi. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, gemar,
suka dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan.
filsafat menurut arti katanya dapat diartikan sebagai cinta, cinta kepada ilmu
pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah juga kebijaksanaan.
Didalam
filsafat pendidikan, akan kita jumpai berbagai macam hal baru yang tentunya
akan menambah wawasan keilmuan kita. Dan didalam makalah yang singkat ini
akan diterangkan mengenai pengertian filsafat, objek kajian filsafat, serta
fungsi dan tugas filsafat pendidikan itu sendiri.
II. Pembahasan
A.
Pengertian Filsafat Pendidikan dan Perspektif Islam
1.
|
Filsafat Pendidikan
|
|
Filsafat pendidikan pada umumnya dan filsafat Islam pada khususnya
adalah bagian dari ilmu filsafat, maka dalam mempelajari filsafat
pendidikan perlu memahami terlebih dahulu tentang pengertian filsafat
terutama dengan hubungannya dengan masalah pendidikan khususnya
pendidikan Islam.
Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat
ini berasal dari kata philoshophia yang berarti cinta pengetahuan.
Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka dan kata sophia
berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. Hasan Shadily mengatakan
bahwa filsafat menurut arti katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan
demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa filsafat adalah cinta
kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan
kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai
akan kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Berbagai pengertian (definisi) tentang Filsafat Pendidikan yang
telah dikemukakan oleh para ahli, Al-Syaibany mengartikan bahwa filsafat
pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat
tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses
pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan
nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka
filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusian merupakan faktor yang
integral atau satu kesatuan. Sementara itu, filsafat juga didefinisikan
sebagai pelaksana pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang
pendidikan, falsafah tersebut menggambarkan satu aspek dari aspek-aspek
pelaksana falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan
prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum
dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Barnadib mempunyai versi pengertian atas filsafat pendidikan, yakni
ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
dalam bidang pendidikan. Karenanya, dengan bersifat filosofis, bermakna
bahwa filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisa filosofis
terhadap bidang pendidikan.
|
2.
|
Perspektif Islam
|
|
|
|
Pegertian filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal
dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan
sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti
cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya
disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat
telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411
SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan
tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian
fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan
atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau
aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran
utamanya.
|
B. Obyek Kajian Filsafat Pendidikan
1.
|
Obyek Kajian Filsafat Pendidikan
|
|
|
|
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran
kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan Islam, maka perlu
diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu
adalah:
a) Pemikiran kefilsafatan harus
bersifat sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logis dan
rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya
tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya
saling berhubungan.
b) Tinjauan terhadap
permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut
persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
c) Ruang lingkup pemikirannya
bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup
hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan
tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia,
baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
d) Meskipun pemikiran yang
dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang
tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental
(seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif.
Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas
(kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.
|
Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam
ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
|
|
|
a.
|
Cosmologi yaitu suatu pemikiran
dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu,
kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses
kejadian kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan
sebagainya.
|
b.
|
Ontologi yaitu suatu pemikiran
tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses
kejadiannya. Pemikiran ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan
yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu satu zat (monisme)
ataukah dua zat (dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah
kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan, maka paham ini
disebut materialisme.
|
|
|
Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat,
yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia,
alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat
pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat
pendidikan meliputi:
|
|
|
a.
|
Merumuskan secara tegas sifat
hakikat pendidikan (The Nature of Education).
|
b.
|
Merumuskan sifat hakikat manusia
sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
|
c.
|
Merumuskan secara tegas hubungan
antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
|
d.
|
Merumuskan hubungan antara
filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan
|
e.
|
Merumuskan hubungan antara
filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan
(sistem pendidikan).
|
f.
|
Merumuskan sistem nilai norma
atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
|
|
|
Dengan demikian dari uraian tersebut diproleh suatu kesimpulan
bahwa yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang
berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat
pendidikan itu sendiri, yang berhungan dengan bagaimana pelaksanaan
pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang
dicita-citakan.
|
2.
|
Analisis Filsafat tentang Masalah Pendidikan
|
|
|
|
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan
manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses
perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan pada hakikatnya keduanya
adalah proses yang satu.
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah
kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut
seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Sebagai contoh, berikut ini
akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan anlisa
filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
|
a.
|
Masalah pendidikan pertama yang
mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan. Mengapa harus ada pada
manusia dan merupakan hakikat hidup manusia.
|
b.
|
Apakah pendidikan itu berguna
untuk membina kepribadian manusia?
|
|
|
c.
|
Apakah sebenarnya tujuan
pendidikan itu?
|
Problema-problema
tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan yang
dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan
sistematis atau analisa filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut
analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan
permasalahannya. Diantara pendekatan yang digunakan antara lain:
a) Pendekatan secara spekulatif
b) Pendekatan normatif
c) Pendekatan analisa konsep
d) Analisa ilmiah
Selanjutnya
Harry Scofield, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Barnadib dalam bukunya
Filsafat Pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filsafat terhadap
masalah-masalah pendidikan digunakan dua macam pendekatan yaitu pendekatan
filsafat historis dan pendekatan dengan menggunakan filsafat kritis.
Dengan
pendekatan filsafat historis yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan
filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para
ahli filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarah filsafta telah berkembang
dalam bentuk sistematika, jenis dan aliran-aliran filsafat tertentu.
Adapun
cara pendekatan filsafat kritis, dimaksudkan dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis
pula dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan filosofis.
Selanjutnya Schofield mengemukakan ada dua cara analisa pokok dalam
pendekatan filsafat kritis yaitu analisa bahasa (linguistik) dan analisa
konsep. Analisa bahasa adalah usaha untuk mengadakan interpretasi yang
menyangkut pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya. Sedangkan
analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah (kata-kata)
yang mewakili gagasan.
C. Fungsi dan Tugas Filsafat
Pendidikan
1.
Fungsi dan Tugas Filsafat Pendidikan
Sebagai
ilmu, pendidikan Islam bertugas untuk memberikan penganalisaan secara
mendalam dan terinci tentang problema-problema kependidikan Islam sampai
kepada penyelesaiannya. Pendidikan Islam sebagai ilmu, tidak melandasi
tugasnya pada teori-teori saja, akan tetapi memperhatikan juga fakta-fakta
empiris atau praktis yang berlangsung dalam masyarakat sebagai bahan
analisa. Oleh sebab itu, masalah pendidikan akan dapat diselasaikan
bilamana didasarkan keterkaitan hubungan antara teori dan praktek, karena
pendidikan akan mampu berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam
dinamika kehidupan masyarakat. Antara pendidikan dan masyarakat selalu
terjadi interaksi (saling mempengaruhi) atau saling mengembangkan sehingga
satu sama lain dapat mendorong perkembangan untuk memperkokoh posisi dan
fungsi serta idealisasi kehidupannya. Ia memerlukan landasan ideal dan
rasional yang memberikan pandangan mendasar, menyeluruh dan sistematis
tentang hakikat yang ada dibalik masalah pendidikan yang dihadapi.
Dengan
demikian filsafat pendidikan menyumbangkan analisanya kepada ilmu
pendidikan Islam tentang hakikat masalah yang nyata dan rasional yang
mengandung nilai-nilai dasar yang dijadikan landasan atau petunjuk dalam
proses kependidikan.
Tugas
filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis
(bahkan spekulatif) secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran
yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang
problema hidup dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan
pandangan dasar yang berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani
pokok) yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra)
yang meliputi:
• Induvidualisme
• Sosialitas
• Moralitas
Ketiga
kemampuan tersebut berkembang dalam pola hubungan tiga arah yang kita
namakan “trilogi hubungan” yaitu:
• Hubungan dengan Tuhan, karena ia
sebagai makhluk ciptaan-Nya.
• Hubungan dengan masyarakat
karena ia sebagai masyarakat.
• Hubungan dengan alam sekitar
karena ia makhluk Allah yang harus mengelola, mengatur, memanfaatkan
kekayaan alam sekitar yang terdapat diatas, di bawah dan di dalam perut
bumi ini.
2.
Analisis Hubungan Filsafat dengan Pendidikan
Dalam
berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horisontal.
Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat
pendidikan.
Antara
filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping
yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang
berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada
bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema
pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan
pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang
pendidikan dan pengajaran.
Adapun
filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun
ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar
pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan
dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu
tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman
atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka
dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu
terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada
penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan
manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.
Dalam
buku filsafat pendidikan karangan Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi
mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen mengatakan hubungan antara filsafat
dan pendidikan sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya.
Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut
menghadapi problema-problema filsafat secara bersama-sama.
III. Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani: philoshophia.
Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka dan kata sophia
berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. Hasan Shadily mengatakan
bahwa filsafat menurut arti katanya adalah cinta kepada ilmu pengetahuan
atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.
Diantara
tugas filsafat antara lain adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis
dan teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui
proses pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal (sampai
keakar-akarnya), tentang problema hidup dan kehidupan manusia
IV. Daftar Pustaka
Jalaluddin
dan Idi, Abdullah, filsafat pendidikan, Gaya Media Pratama, Jakarta: 2002
Munawwaroh,
Djunaidatul dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (perspektif islam dan umum),
UIN Jakarta Press, Jakarta: 2003
Prasetya,
Filsafat Pendidikan Untuk IAIN, STAIN,PTAIS, Penerbit Pustaka Setia,
Bandung: 1997
Saifullah,
Ali, Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya: 1997.
Pasted
From :
www.gurutrenggalek.com
|